merumuskan diagnosa atau masalah aktual masa nifas

merumuskan diagnosa atau masalah aktual masa nifas

Berasal dari data – data dasar yang di kumpulkan menginterpretasikan data kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis khusus. Kata masalah dan diagnosis sama – sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diidentifikasikan dalam mengembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh. Masalah sering berkaitan dengan bagaimana ibu menghadapi kenyataan tentang diagnosisnya dan ini seringkali bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman bidan dalam mengenali masalah seseorang.
Dalam perumusan diagnosa atau masalah aktual pada masa nifas terbagi dalam beberapa pokok bahasan diantanya, nyeri, infeksi, masalah cemas, perawatan perineum, perawatan payudara, masalah asi exclusif , masalah KB, gizi ibu nifas, tanda-tanda bahaya pada masa nifas, senam nifas dan cara menyusui.

1. NYERI
Nyeri setelah melahirkan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus berurutan yang terjadi secara terus – menerus. Nyeri ini lebih umum terjadi pada wanita dengan paritas tinggi dan pada wanita menyusui. Alasan nyeri lebih berat pada paritas tinggi adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan menyebabkan intermitten ( sebentar – sebentar ). Berbeda pada wanita primipara, yang tonus uterusnya masih kuat dan uterus tetap berkontraksi tanpa relaksasi intermitten. Pada wanita menyusui, isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin oleh hipofisis posterior. Pelepasan oksitosin tidak memicu refleks let down (pengeluaran asi) pada payudara, tetapi jugamenyebabkan kontraksi uterus.
Nyeri setelah melahirkan akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik, yang memerlukan kandung kemih kosong. Ibu harus diingatkan bahwa pengisian kandung kemih yang sering seiring tubuhnya mulai membuang kelebihan cairan setelah melahirkan akan menyebabkan kebutuhan berkemih yang sering. Kandung kemih yang penuh menyebabkan posisi uterus keatas, menyebabkan relaksasi dan kontraksi uterus yang lebih nyeri. Jika kandung kemih kosong, beberapa wanita merasa nyerinya cukup berkurang dengan mengubah posisi dirinya berbaring telungkup, dengan bantal atau gulungan selimut diletakkan dibawah abdomen. Kompresi uterus yang konstan pada posisi ini dapat mengurangi kram secara signifikan.
Analgesia yang efektif bagi sebagian besar wanita yang kontraksinya sangat nyeri dapat diperoleh dengan mengutamakan asetaminofen (tylenol) ataupun ibuprofen (motrin). Meskipun produk yang mengandung aspirin tidak direkomendasikan bagi ibu menyusui karena resiko penurunan hitung trombosit dan dapat menyebabkan sindrom reye, ibuprofen dan asetaminofen terbukti aman.Masalah nyeri yang lain juga bisa disebabkan karena luka jahitan bekas laserasi jalan ahir.
Bidan diharapkan dapat mengatasi gangguan ini dan memberi kenyamanan pada ibu. Gangguan rasa nyeri yang dialami ibu antara lain :
1. After pains/ keram perut. Hal ini disebabkan kontraksi dalam relaksasi yang terus menerus pada uterus. Banyak terjadi pada multipara karena adanya penurunan otot uterus secara bersamaan, menyebabkan relaksasi intermitten (sebentar-sebentar). sedangkan pada wanita menyusui after pains disebabkan karena isapan bayi menstimulasi produksi oksitosin yang bukan hanya memicu refleks let down (pengeluaran ASI) tetapi juga menyebabkan kontraksi uterus. Nyeri uterus tersebut akan hilang jika uterus tetap berkontraksi dengan baik dan kandung kemih dalam keadaan kosong.
Hal terpenting adalah ibu dianjurkan untuk mengosongkan kandung kemih/ BAK secara teratur karena pengisian kandung kemih akan sering seiring tubuhnya mulai membuang kelebihan cairan setelah melahirkan. Selain itu, anjurkan juga ibu untuk tidur tengkurap dengan bantal dibawah perut dan mobilisasi, bila perlu beri analgestik 1 jam sebelum menyusui.
2. Nyeri akibat pembengkakan payudara.
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang dan nyeri yang terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh darah sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Jika karena sakit ibu malah berhenti menyusui, kondisi ini akan semakin parah, ditandai dengan mengeliatnya payudara dan ibu mengalami demam.
 3 hal yang dilakukan pada upaya pencegahan :
• pemberian ASI sedini mungkin,
• pemberian ASI setiap 2-3 jam dan jangan memberikan bayi minum air atau suplemen lain,
• gunakan kedua payudara secara bergantian ketika menyusui.

 Cara mengurangi masalah:
• kompres air hangat pada payudara,
• jika puting bengkak, perah secara manual,
• Gunakan penompang yang baik,
• beri paracetamol untuk penghilang nyeri,
• perawatan payudara
3. Nyeri luka jahitan perineum pada persalinan spontan
Ibu nifas mengalami nyeri tidak lebih dari 8 minggu yang disebabkan oleh trauma persalinan (laserasi ataupun episiotomi) dan penjahitan robekan perineum.
 Cara mengatasi :
• meletakkan potongan es diatas genetalia,
• duduk didalam air hangat atau air dingin,
• lakukan kegel exercise
• Bila perlu beri analgesik oral
4. Nyeri luka bekas operasi pada persalinan SC
Ibu diberitahu cara perawatan luka bekas operasi, dianjurkan makan makanan yang mengandung protein yang tinggi, istitahat yang cukup dan diberikan terapi analgetik dan antibiotik.
5. Konstipasi dan Haemoroid.
 Penyebab : wanita yang cenderung mengalami konstipasi, penekanan pembuluh darah pada bagian anus dan rektum pada saat meneran.
 Cara mengatasi: duduk diatas air hangat atau dingin, hindari duduk terlalu lama, banyak minum dan banyak makan makanan berserat, pemberian analgesik.

2. INFEKSI
Infeksi nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genital pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu bada melebihi 38octanpa menghitung dari hari pertama dan berturut-turut selama da hari pada 10 hari pertama masa nifas.

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Dahulu infeksi ini merupakan sebab kematian maternal yang paling penting, akan tetapi berekat kemajuan ilmu kebidanan khususnya pengetahuan tentang sebab-sebab infeksi nifas serta pencegahannya, dan penemuan obat-obat baru seperti sulfa dan antibiotika lainnya, di negara-negara maju peranannya sebagai penyebab kematian tersebut adalah berkurang. Di negara-negara sedang berkembang dengan pelayanan dengan pelayanan kebidanan yang masih jauh dari sempurna, peranan infeksi nifas masih besar.
Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut joint commitee on maternal welfare (amerika serikat) definisi morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu sampai 38oc atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, denagan mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur dari mulut sekurang-kurangnya 4 kali sehari.
Sesudah partus terdapat luka-luka dibeberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari-hari pertama post partum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Oleh sebab itu, semua alat dan kainyang berhub ungan dengan daerah genital harus suci hama. Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-wanita dalam nifas yang sehat.
Infeksi puerperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran reproduksi selama persalinan atau puerperium. Infeksi tidak lagi bertanggung jawab terhadap tingginya insiden mortalitas puerperium seperti dahulu, saat lebih dikenal sebagai demam nifas. Akan tetapi, infeksi puerperium masih bertanggung jawab terhadap presentase signifikan morbiditas puerperium.
Beberapa faktor predisposisi :
• Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban.
• Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh penderita,seperti perdarahaan banyak, preeklamsia, juga infeksi lain, seperti pnemonia, penyakit jantung, dan sebagainya.
• Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
• Tertinggalnya sisa placenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

Organisme pada infeksi puerperium berasal dari 3 sumber :
• Organisme yang normalnya berada dalam saluran genetalia bawah atau dalam usus besar.
• Infeksi saluran genetalia bawah.
• Bakteri dalam nasofaring atau tangan personel yang menangani persalinan atau di udara dan debu lingkungan.Bakteri dari sumber infeksi pertama adalah bakteri endogen dan menjadi patogaen hanya jika terdapat kerusakan jaringan atau jika terdapat kontaminasi saluran genetalia dari usus besar. Wanita sebaiknya secara rutin di jalani menjalani penapisan terhadap adanya infeksi saluran genetalia bawah dan segera ditangani saat pranatal. Sumber infeksi ketiga paling baik dicegah dengan mencuci tangan dan teknik asepsis yang cermat.
Tanda dan gejala infeksi umumnya termasuk peningkatan suhu tubuh, malaise umum, nyeri, dan lokia berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan nadi dapat terjadi, terutama pada infeksi berat. Interpretasi kultur laboratorium dan sensifitas, pemeriksaan lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi dan kalaborasi dengan dokter.

Macam-macam infeksi nifas :
• Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi pada kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keping-keping nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas leukosit-leukosit. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.

• Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus langsung mencapau peritoneum dan menyebabakan peritonitis, atau melalui jaringan di antara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan parametritis (sellulitis pelvika).

• Infeksi luka
Yaitu infeksi yang terjadi pada ibu nifas yang terjadi pada daerah perineal setelah melahirkan, bisa karena robekan perineum ataupun akibat luka episiotomi. Sedangkan luka abdominal terjadi setelah persalinan sesar. Semua ini dapat terjadi karena pencegahan infeksi yang kurang baik. Kegagalan pada therafi antimikroba pada wanita post partum dengan SC. Faktor risiko adalah obesitas. DM, anemia dan gangguan hemostasis yang disertai dengan pembentukan haematoma.Infeksi luka setelah SC biasanya menimbulkan demam yang dimulai sekitar hari keempat pasca operasi, Infeksi luka yang paling serius adalah fasitiis nekrotikans, nekrotik pada jaringan yang luas. Yang memperberat keadaan ini diantaranya DM, obesitas dan hipertensi. Infeksi fasitiis nekrotikans.

• Abses velvic
Dapat terjadi pada ibu nifas setelah persalinan

• Tromboflebitis
Tromboflebitis adalah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah sepanjang vena dan cabang – cabangnya . Disebabkan oleh adanya trombosis atau embolus karena adanya perubahan atau kerusakan pada pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena pengaruh infeksi atau venaseksi.
• Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi akut saluran kemih atas, dengan gejala disuria, sering kencing, nyeri supra/retro pubi, nyeri perut, nyeri pinggang, demam tinggi/menggigil, sakit di dada, anoreksia dan mual muntah. Kadang ibu sampai syok.

• Sistiti
Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai peradangan bagian atas saluran kemih.
• Bendungan payudara
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 dan atau ke-3 ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tiak lancar., karena bayi tidak cukup serin menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat pula karena pembatasan waktu menyusui.

• Mastitis
Mastitis kebanyakanterjadi pada primi para, disebabkan oleh bakteri stapilokukus aureus.Gejala: mamma membesar, nyeri, dan timbul kemerahan di kulit, terjadi lesi pada puting, peradangan, oedem dan pembengkakan, sehingga akan menyebabkan penyumbatan aliran ASI.

3. MASALAH CEMAS

A. Post partum blues
Post partum blues (pbb) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Post partum blues adalah periode emosional stress yang terjadi antara hari ketiga dan hari kesepuluh setelah persalinan yang terjadi 80% pada ibu post partum.(bahiyyatun)
Post partum blues adalah bentuk depresi yang paling ringan biasanya timbul antara hari kedua sampai dua minggu yang disebabkan oleh perubahan hormonal pada pertengahan masa post partum. (yeti anggraeni)

Penyebab post partum blues
Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan post partu blues adalah:
a. Pengalaman melahirkan, biasanya pada ibu dengan melahirkan yang kurang menyenangkan dapat menyebabkan ibu sedih.
b. Perasaan yang sangat down setelah melahirkan, biasanya terjadi peningkatan emosi yang disertai dengan tangisan.
c. Tingkah laku bayi, bayi yang rewel dapat menyebabkan ibu merasa tidak mampu merawat bayi dengan baik.
d. Kesulitan dalam memenuhi kewajiban setelah melahirkan, seperti member makan bayi, merawat bayi dan lain-lain.
e. Adanya konflik dengan staff, misalnya dengan keluarga atau suami.

B. Depresi post partum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Pitt tahun 1988 dalam pitt(regina dkk,2001) depresi post parum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.

C. Post partum psikosa
Adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
4. PERAWATAN PERINEUM
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Tujuan perawatan perineum menurut hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.

Lingkup perawatan
• Untuk pencegahan infeksi (feerer, 2001).
• Sedangkan menurut hamilton (2002), lingkup perawatan perineum adalah
1. Mencegah kontaminasi dari rektum
2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkenatrauma
3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.

5. PERAWATAN PAYUDARA
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk memeliharan kesehatan payudara.Perawatan payudara itu sangat penting bagi ibu-ibu karena merupakan sutau tindakan perawatan yang dilaksanakan baik oleh pasien maupun dibantu oleh orang lain biasanya dilaksanakan mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan.. Untuk pasca persalinan, lakukan sedini mungkin, yaitu 1 sampai 2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari.
Adapun tujuan perawatan payudara yaitu untuk
• Memelihara kebersihan payudara
• Melancarkan keluarnya asi
• Mencegah bendungan atau pembengkakkan pada payudara
6. MASALAH ASI EKSLUSIF
Ketika masa nifas asi ekclusifpun dapat terjadi suatu masalah dalam pemebriannya seperti :
• Bayi bingung putting
Nipple confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena mekanisme menyusu pada puting berbeda dengan botol.
Tanda-tanda :
a. Mengisap puting seperti menghisap dot,
b. Menghisap terputus-putusdan sebentar,
c. Bayi menolak menyusu.
• Masalah pemberian asi pada bayi prematur
• Masalah pemberian asi pada bayi kuning
• Masalah pemberian asi pada bayi kembar
• Masalah pemberian asi pada bayi sakit
• Masalah pemberian asi pada bayi sumbing

7. MASALAH KB
Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung hormon, harus menggunakan obat yang tidak mengganggu produksi ASI. Hubungan suami istri pada masa nifas tidak dianjurkan.
Pada masa nifas ibu yang ingin ber-KB dapat menemukan beberapa masalah seperti :
• Terbatasnya jumlah metode yang tersedia
• Metode KB yang tidak dapat diterima oleh ibu / tidak sesuai dengan keinginan ibu
• Biaya
• Efek samping potensial yang dapat terjadi pada ibu
• Konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan
• Kerjasama pasangan
• Dan norma budaya mengenai pemakaian KB

8. MASALAH GIZI IBU NIFAS
Namun perlu diperhatikan jumlah kalori dan protein ibu menyusui harus lebih besar daripada ibu hamil, kecuali apabila si Ibu tidak menyusui bayinya.
Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsure-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung.

1. Sumber tenaga (energi)
Sumber tenaga yang diperlukan untuk pembakaran tubuh dan pembentukan jaringan baru. Zat nutrisi yang termsuk sumber energy adalah karbohidrat dan lemak. Karbohidrat berasal dari padi-padian, kentang, umbi, jagung, sagu, tepung roti, mie dan lain-lain. Lemak bisa diambil dari hewani dan nabati. Lemak hewani yaitu mentega dan keju.Lemak nabati berasal dari minyak kelapa sawit, minyak sayur dan margarine.
2. Sumber pembangun (protein)
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan protein nabati. Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu dan keju. Sedangkan protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan dan lain-lain.
3. Sumber pengatur dan pelindung (mineral, air dan vitamin)
Mineral, air dan vitamin digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-buahan segar. Beberapa mineral yang penting, antara lain :
• Zat kapur untuk pembentukan tulang. Sumbernya berasal dari susu, keju, kacang-kacangan dan sayur-sayuran yang berwarna hijau.
• Fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi. Sumbernya berasal dari susu, keju dan daging.
• Zat besi untuk menambah sel darah merah. Sumbernya berasal dari kuning telur, hati, daging, kerang, kacang-kacangan dan sayuran.
• Yodium untuk mencegah timbulnya kelemahan mental. Sumbernya berasal dari ikan, ikan laut dan garam beryodium.
• Kalsium merupakan salah satu bahan mineral ASI dan juga untuk pertumbuhan gigi anak. Sumbernya berasal dari susu, keju dan lain-lain.
• Kebutuhan akan vitamin pada masa menyusui meningkat untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Beberapa vitamin yang penting, antara lain :
a. Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning telur, hati, mentega, sayuran berwarna hijau, wortel, tomat dan nangka.
b. Vitamin B1 agar nafsu makan baik yang berasal dari hati, kuning telur, tomat, jeruk, nanas.
c.Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal dari hati, kuning telur, susu, keju, sayuran hijau.
d.Vitamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan saraf dan pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning telur, daging, hati, beras merah, jamur dan tomat.
e. Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan gigi dan gusi. Sumbernya antara lain gandum, jagung, hati dan daging.
f. Vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah dan kesehatan jaringan saraf. Sumbernya antara lain telur, daging, hati, keju, ikan laut dan kerang laut.
g. Vitamin C untuk pembentukan jaringan ikat dan bahan semua jaringan ikat (untuk penyembuhan luka), pertumbuhan tulang, gigi dan gusi, daya tahan terhadap infeksi dan memberikan kekuatan pada pembuluh darah. Sumbernya berasal dari jeruk, tomat, melon, mangga, papaya dan sayuran.
h.Vitamin D untuk pertumbuhan dan pembentukan tulang dan gigi serta penyerapan kalsium dan fosfor. Sumbernya berasal dari minyak ikan, ikan, susu, margarine dan penyinaran kulit dengan matahari pagi sebelum jam 9.
i.Vitamin K untuk mencegah perdarahan. Sumbernya berasal dari hati, brokoli, bayam dan kuning telur.
Untuk kebutuhan cairannya, ibu menyusui harus minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui). Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25% yaitu untuk produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari. Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin serta bahan pengawet dan pewarna. Menu makanan yang seimbang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga, pembangun, pengatur dan pelindung. Anjurkan makanan dengan menu seimbang, bergizi untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup, memperoleh tambahan 500 kalori setiap hari, berguna untuk produksi ASI dan mengembalikan tenaga setelah persalinan. Tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung alkohol. Minum air minimal 2 liter setiap hari. Tablet zat besi diminum minimal 40 hari pasca persalinan.

9. TANDA TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS
Pada ibu nifas terdapat tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai seperti :
• Demam,
• Muntah,
• Rasa sakit sewaktu buang air kecil, atau merasa tidak enak badan.
• Payudara yang memerah, panas dan /atau sakit
• Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan
• Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan /atau pembengkakan pada kaki
• Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi
• Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah

10. SENAM NIFAS
Adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali
Tujuan :
• Membantu mencegah pembentukan bekuan (trombosis) pada pembuluh tungkai dan membantu kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak bergantung
• Berguna bagi semua system tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, sirkulasi dan paru-paru.
• Memungkinkan tubuh ibu menjadi sembuh

Senam nifas ini perlu diwaspadai pada kasus :
• Diastasis rectus abdominis yg berat
• Pemisahan pada simfisis pubis
• Kerusakan os cocygis
• Sakit punggung
• Post SC

11. TEKNIK MENYUSUI
Teknik menyusui adalah suatu cara pemberian ASI yang dilakukan oleh seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi tersebut. Kehadiran seorang bayi dalam sebuah keluarga adalah merupakan dambaan setiap orang. Karena dengan kehadiran seorang bayilah mereka dapat meneruskan garis keturunan mereka. Seorang bayi tentu saja masih punya nilai ketergantungan yang tinggi kepada kedua ortunya harus ekstra cermat dan penuh perhatian dalam merawat bayi. Untuk menunjang perawatan tersebut, seorang ibu sangat dianjurkan untuk memberikan ASI sebagai sumber makanan yang utama seelum meraka diperbolehkan untuk mendapatkan sumber makanan yang lainnya. Dalam prosese pemberian ASI tersebut, seorang ibu harus memperhatikan gizinya dan harus cukup pengetahuan tentang cara merawat seorang bayi dan cara/teknik menyusui bayi yang baik dan benar. Sehingga bayi mereka bisa tumbuh dengan baik dan sehat. Sehingga kelak bisa menjadi anak yang cerdas. Pengetahuan tentang teknik menyusui bayi yang baik dan benar tidak hanya berguna bagi ibu-ibu yang telah berkeluarga.
Merumuskan diagnosa masalah potensial ibu nifas
Pada masalah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasaran rangkaian masalah yang lain juga. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan bila memungkinkan akan di lakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.
Berikut adalah beberapa diagnosa potensia yang mungkin ditemukan pada pasien nifas.

A. Gangguan Perkemihan
Pelvis renalis dan ureter, yang meregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu keempat pascapartum. Segera setelah pascapartum kandung kemih,edema, mengalami kongesti, dan hipotonik, yang dapat menyebabkan overdistensi, pengosongan yang tidak lengkap, dan residu urine yang berlebihan kecuali perawatan diberikan untuk memastikan berkemih secara periodik. Uretra jarang mengalami obstruksi, tetapi mungkin tidak dapat dihindari akibat persalinan lama dengan kepala janin dalam panggul.
Efek persalinan pada kandung kemih dan uretra menghilang dalam 24 jam pertama pascapartum, kecuali wanita mengalami infeksi seluruh saluran kemih. Sekitar 40 % wanita pascapartum tidak mengalami proteinuria nonpatologis sejak segera setelah melahirkan hingga hari kedua pascapartum. Spesimen urine harus berupa urine yang diambil bersih atau kateterisasi, karena kontaminasi lokia juga akan menghasilkan preeklamsia.
Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir hingga hari kelima pascapartum. Produksi urine mungkin lebih dari 3000 ml per hari. Diuresis adalah rute utama tubuh untuk membuang kelebihan cairan intertisial dan kelebihan volume darah. Hal ini merupakan penjelasan terhadap perpirasi yang cukup banyak yang dapat terjadi selama hari – hari pertama pascapartum.
B. Gangguan BAB
Defekasi atau buang air bersih harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin akan terjadi febris.. Dengan diadakannya mobilisasi sedini – dininya, tidak jarang maslah ini dapat diatasi. Di tekankan bahwa wanita baru bersalin memang memerlukan istirahat dalam berjam – jam pertama postpartum, akan tetapi jika persalinan ibu serba normal tanpa kelainan, maka wanita yang baru bersalin itu bukan seorang penderita dan hendaknya jangan dirawat seperti seorang penderita

C. Gangguan Hubungan Seksual
Secara alami, sesudah melewati masa nifas kondisi organ reproduksi ibu sudah kembali normal. Tetapi tak jarang masih mengalami rasa sakit, ini disebabkan oleh proses pengembalian fungsi tubuh belum berlangsung sempurna seperti fungsi pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula. Namun, bisa juga keluhan ini disebabkan karna kram otot, infeksi atau luka jahitan pada perineum yang masih dalam proses penyembuhan.
Rasa nyeri pada saat sanggama atau dyspareunia. Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu :
1. Terbentuknya jaringan baru pasca melahirkan karena proses penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitif sehingga kondisi alat reproduksi belum kembali seperti semula.
2. Adanya infeksi, bisa disebabkan karena bakteri, virus, atau jamur.
3. Adanya penyakit dalam kandungan (tumor, dll).
4. Konsumsi jamu. Jamu-jamu ini mengandung zat-zat yang memiliki sifat astingents yang berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual.
5. Faktor psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan turut berperan, seperti:
a. Kurang siap secara mental untuk berhubungan seks (persepsi salah tentang seks, dll).
b. Adanya trauma masa lalu (fisik, seks).
c. Tipe kepribadian yang kurang fleksibel.
d. Komunikasi suami istri kurang baik .
Beberapa faktor lain diantaranya:
e. Beberapa wanita merasakan perannya sebagai orang tua sehingga timbul tekanan dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan perannya.
f. Karena adanya luka bekas episiotomy
g. Karena takut merusak keindahan tubuhnya
h. Kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan

Penyebab Apati Seksual pasca salin
1. Stress dan Traumatik
Kelahiran bayi bisa menjadi pengalaman yang dapat menimbulkan traumatik terutama jika ibu belum dipersiapkan secukupnya. Banyak ibu yang mempunyan pengharapan yang tidak realistik tentang kelahiran. Misalnya : persalinan berlangsung lama atau persalinan yang memerlukan tindakan.
Adanya luka episiotomi, hal ini bila penjahitan luka episiotomi dilakukan dengan tidak benar maka akan mengakibatkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman di saat ibu berjalan dan duduk. Hal ini bisa berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan walaupun mungkin sayatan itu sendiri sudah sembuh.
2. Keletihan
Bagi seorang ibu yang baru dan belum berpengalaman selain harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang biasa, ia juga harus menghadapi bayinya yang tidak mau tidur, sering menangis atau bermasalah dalam menyusu. Maka ibu tentu menjadi letih dan lemas sehingga gairah seks pun merosot.
3. Depresi
Penyebabnya adalah keadaan tidak bersemangat akibat perasaan kelabu pasca persalinan. Perasaan ini biasanya terjadi dalam beberapa minggu setelah kelahiran bayi. Hal ini dapat terjadi depresi berat yang berupa : insomnia, anoreksia (hilangnya nafsu makan), halusinasi (membayangkan yang bukan-bukan) dan kecenderungan untuk menghilangkan kontak dengan kenyataan.
4. Keluhan yang timbul saat hubungan seksual pasca salin
a. Rasa Nyeri
Hal ini disebabkan fungsi pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula, atau luka yang masih dalam proses penyembuhan.
b. Sensivitas berkurang
Karena persalinan normal merupakan trauma bagi vagina yaitu melebarnya otot-otot vagina.
merencanakan asuhan kebidanan

1. Evaluasi secara terus menerus
Evaluasi ini meliputi beberapa hal, antara lain :
1. Waspada perdarahan post partum
Penyebab perdarahan bisa karen atonia uteri dengan melakukan observasi melekat pada kontraksi uterus selam 4 jam pertama post partum dengan melakukan palpasi uterus. Selain itu juga dilakukan pemeriksaa kemungkinan perdarahan dari robekan ( laserasi atau episiotomi) perineum.
2. Melakukan rangsangan
Perangasanga traktil ( masase ) uterus untuk merangsang uterus berkontraksi dengan baik dan kuat berguna untuk menutup perdarahan arteri pada dinding uterus.
3. Evaluasi tinggi fundus uteri
Setelah placenta lahir, uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi dan relaksi otot-otot. Fundus uteri 3 jari bawah pusat, selama 2 hari berikutnya besarnya tidak seberapa berkurang, tetapi sesudah 2 hari uterus mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke –10 tidak teraba lagi dari luar.
4. Pengukuran vital sign
(1) Suhu Badan
Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,5°C dari keadaan normal. Tetapi tidak lebih dari 39°C sesudah 12 jam pertama setelah melahirkan. Umumnya suhu badan kembali normal. Bila lebih dari 38°C kemungkinan ada infeksi.
(2) Nadi
Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah partus dapat terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan/penyakit jantung. Pada nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu badan.
5. Proses adaptasi psikologi pasien dan suami
Mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua dan merawat anak
6. Kemajuan proses laktasi
Masing-masing buah dada terdiri dari 15-24 lobi yang terletak terpisah satu sama yang lain oleh jaringan lemas. Tiap lobus terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini. Acini ini menghasilkan air susu. Tiap lobus mempunyai saluran halus untuk mengalirkan air susu. Saluran ini disebut duktus laktiferus yang memusat menuju puting susu dimana masing-masing bermuara. Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu itu buah dada belum mengandung susu melainkan colostrum yang dikeluarkan dengan memijat areola mamae.
7. Masalah pada payudara
*Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa nyeri
a. Bendungan Payudara
– Suhu tidak lebih dari 38,5°C
– Terjadi dalam minggu-minggu pertama PP
b. Mastitis
– Suhu lebih dari 38,5°C
– Terjadi pada minggu ke-2 PP
– Bengkak, keras, kemerahan, nyeri tekan
8. Intake cairan dan makanan
– Mengonsumsi 500 kalori tiap hari
– Makanan dengan diit seimbang untuk dapat protein, vitamin dan mineral yang cukup.
– Minum air putih ± 3 liter setiap hari
– Minum pil penambah darah selama 40 hari pasca persalinan.
9. Perkembangan keterkaitan pasien dengan bayinya
*Peran sebagai Ibu
a. Teori Reva Rubin
Penekanan teori rubin ® pencapaian peran ibu. Seorang wanita membutuhkan proses belajar melalui serangkaian aktivitas berupa latihan-latihan. Pencapaian peran ibu dimulai selama hamil sampai 6 bulan setelah persalinan.
b. Teori Ramonat T Marcer
Penekanan ® stres ante partum dan pencapaian peran ibu. Menjadi seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan pengenalan yang lengkap tentang diri sendiri.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan peran ibu adalah
– Antisipatori
Yaitu masa sebelum menjadi ibu, penyesuaian sosial dan psikologi terhadap peran barunya dengan mempelajari apa yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
– Formal
Yaitu dimulai dengan peran sesungguhnya seorang ibu.
– Informal
Yaitu ibu mampu menemukan jalan yang baik untuk melaksanakan peran seorang ibu.
– Personal
Yaitu wanita yang telah mahir dalam melaksanakan perannya.
c. Teori Jean Ball
Penekanan ® agar ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik dan psikologis. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan teori ini terbentuk 3 element :
1. Pelayanan maternitas
2. Pandangan masyarakat terhadap keluarga
3. Support terhadap kepribadian wanita

*Bounding dan Attachment
1. Menurut Nelson (1986)
– Banding = dimulainya interaksi emosi sensorik, fisik antara orangtua dan bayi segera setelah lahir.
– Attachment = ikatan efektif yang terjadi diantara individu (pencurahan perhatian, hubungan emosi dan fisik yang akrab).
2. Benner dan Brown (1989)
– Bounding = terjadi hubungan orangtua dan bayi sejak awal kehidupan.
– Attachment = pencurahan kasih sayang diantara individu.
1. Kemampuan dan kemauan pasien untuk berperan dalam perawatan bayinya
2. Mendokumentasikan
Merekap semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
2. Gangguan rasa nyeri
1. Nyeri perineum
1) Memberi analgesic oral ( paracetamol 500mg tiap 4 jam atau bila perlu)
2) Mandi dengan air hangat ( walaupun hanya akan mengurangi sedikit rasa nyeri)
1. Nyeri berhubungan seksual pertama kali setelah melahirkan
1) Melakukan pendekatan kepada pasangan bahwa saat hubungan seksual di awal post partum akan menimbulkan rasa nyeri. Oleh karena itu, sangat dipertimbangkan mengenai teknik hubungan seksual yang nyaman
2. Nyeri punggung
1) Memberikan obat pereda rasa nyeri ( misalnya, Neuribiaon)
2) Melakukan fisioterapi ( masase dan penyinaran)
3) Menjaga postur tubuh yang baik ( misalnya, duduk selalu tegak, posisi tidur yang nyaman bantal tidak terlalu tinggi)
3. Nyeri pada kaki
1) Melakukan kompres air hangat dan garam
2) Tidur posisi kaki lebih tinggi daripada badan
3) Masase kaki menggunakan minyak kelapa
4. Nyeri pada kepala (sakit kepala)
1) Memberikan obat pereda rasa sakit
2) Kompres air hangat di tengkuk
3) Masase pada punggung
5. Nyeri pada leher dan bahu
1) Kompres air hangat pada leher dan bahu
2) Masase bahu dna punggung
3) Mengusahakan posisi tidur yang nyaman dan istirahat cukup
3. Mengatasi infeksi
Infeksi merupakan penyebab utama kematian ibu di Negara berkembang.
Tanda atau gejala infeksi
• Nadi cepat ( 110 kali/ menit atau lebih)
• Temperature tubuh diatas 38 derajad celcius
• Kedinginan
• Cairan vagina yang berbau busuk

Untuk mengatasi infeksi dilakukan beberapa hal berikut :
1. Mengkaji penyebab infeksi
2. Memberikan antibiotika
3. Memberikan roborantia
4. Meningkatkan asupan gizi ( diet tinggi kalori tingi protein )
5. Meningkatkan intake cairan
6. Mengusahakan istirahat yang cukup
7. Melakukan perawatan luka yang infeksi ( jika penyebab infeksi karena adanya luka yang terbuka )

4. Mengatasi cemas
Cemas merupakan salah satu masalah psikologis pada masa pasca persalinan, bukan merrupakan komplikasi yang jarang ditemukan. Masalah ini dapat dihindari dengan adanya dukungan social dari keluarga serta dukungan pelayanan kesehatan selama kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan.
Untuk mengatasi cemas :
1. Mengkaji penyebab cemas
2. Melibatkan keluarga dalam mengkaji penyebab cemas dan alternative penanganannya
3. Memberikan dukungan mental dan spiritual kepada pasien dan keluarga
4. Menfasilitasi kebutuhan pasien yang terkait dengan penyebab cemas:
1) Sebagai teman sekaligus pendengar yang baik
2) Sebagai konselor
3) Pendekatan yang bersifat spiritual
5. Menjelaskan tentang gizi, KB, tanda bahaya, hubungan seksual, senam nifas, perawatan perineum, perawatan bayi sehari-hari
1. Gizi
1) Tidak berpantang pada daging, ikan, dan telur
2) Banyak sayur dan buah
3) Banyak minum air putih, minimal 3 liter sehari, terutama setelah menyusui
4) Menambah kalori 500mg sehari
5) Mengkonsumsi tablet vitamin A dan zat besi selama nifas.
2. KB
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang kurangnya 2 tahunsebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dn bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada merea tentang cara mencegah kehamilan yang tidak di inginkan.
2) Biasnya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haid nya selama meneteki (amenore laktasi). Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehailan baru. Risiko cara ini ialah 2 % kehamilan.
3) Meskipun beberapa metode KB mengandung risiko, penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
4) Sebelum menggunakan metode KB, hal hal berikut sebaiknya dijelaskan kepada ibu :
• Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya
• Kelebihan/ keuntungan
• Kekurangannya
• Efek samping
• Bagaimana menggunakan metode itu
• Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca persalinan yang menyusui
5) Jika seorang ibu / pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam 2 mingguuntuk mengetahui apakah ad yang ingin ditanyakan oleh ibu/ pasangan itu dan untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
6) Mengkaji keinginan pasangan mengenai siklus reproduksi yang mereka inginkan.
7) Mendiskusikan dengan suami
8) Menjelaskan maisng-masing metode alat kontrasepsi
9) Memastikan pilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai dengan pasien
3. Tanda bahaya
Tanda bahaya berikut merupakan hal yang penting, yang harus disampaikan kepada ibu dan keluarga. Jika pasien mengalami salah satu atau lebih keadaan berikut maka harus secepatnya datang ke bidan atau dokter.
Sebelum meninggalkan ibu, pastikan bahwa ia dapat berkemih sendiri dan keluarganya mengetahui bagaimana menilai kontraksi dan jumlah darah yang keluar.
Mengajarkan pada mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda tanda bahaya seperti :
• Demam
Kemungkinan penyebabnya :
– Febris puerpuralis
– Mastilitis
– Flegmasia Alba Dolens
• Perdarahan aktif
Perdarahan pervagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan ganti pembalut2 kali dalam setengah jam).
• Keluar banyak bekuan darah
• Lemas luar biasa
• Penyulit dalam menyusukan bayinya
• Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
• Pengeluaran pervagina yang berbau menusuk/menyengat.
• Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
• Rasa sakit kepala yang terus-menerus, nyeri epigastrik, atau masalah penglihatan
• Pembengkakan di wajah atau di tangan
• Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, atau jika merasa tidak enak badan.
• Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan sakit
• Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama
• Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki
• Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayi atau dirinya sendiri.
• Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah
4. Hubungan seksual
Secara fisik aman untuk berhubungan suami istri begitu darah yang merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ia tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Di awal selesai masa nifas, melakukann hubungan seksual dengan hati-hati karena biasanya akan nyeri pada perineum. Mendiskusikan dengan suami mengenai pola dan teknik hubungan seksual yang nyaman. Memberikan pengertian pada suami mengenai kemungkinan keluhan yang akan dialami istri saat berhubungan seksual yang pertama kali setelah melahirkan
5. Senam nifas
Melakukan senam nifas dengan aturan senam sebagai berikut :
1) Senam nifas dilakukan pada hari pertama post partum
2) Dilakukan 2 kali sehari
3) Setiap macam gerakan dilakukan 5-10 kali
6. Perawatan perineum
1) Mengusahakan luka selalu dalam keadaan kering (mengeringkan setiap kali setelah buang air kecil)
2) Menghindari menyentuh luka perineum dengan tangan
3) Membersihkan kemaluan selalu dari arah depan ke belakang
4) Menjaga kebersihan daerah perineum ( mengganti pembalut setiap kali sudah penuh atau minimal 3 kali sehari)

7. Perawatan bayi sehari-hari
1) Mempertahankan lingkungan bayi tetap hangat untuk menjaga supaya tidak terjadi penurunan suhu bayi
2) Mencegah iritasi kulit bayi dengan selalu menjaga kebersihan tangan bayi atau pengasuh bayi
3) Jika bayi mengalami iritasi kulit, hindari pemakaian bedak pada lokasi iritasi
4) Mengolesi kulit yang iritasi dengan salep sesuai resep dokter atau jika iritasi ringan cukup olesi dengan minyak kelapa bersih.
5) Menjaga kebersihan kulit bayi, menghindari kulit lembab dnegan mengganti baju bayi minimal 2 kali sehari atau sewaktu-waktu ketika basah oleh keringat atau terkena muntahan
6) Menghindari menggosok kulit bayi terlalu keras ketika membersihkan daerah anus dan genital
7) Jika ditemukan tanda-tanda alergi padakulit, misalnya kemerahan dan bintik-bintik, segera konsultasikan ke dokter dan menghentikan untuk sementara produk sabun bayi yang digunakan.
8) Mengusahakan menjemur bayi tiap pagi antara pukul 06.30 sampai dengan pukul 07.00.
9) Untuk kenyamanan bayi, pijat kaki dan tanga bayi menjelang tidur menggunakan baby oil.
10) Membersihkan sekitar mulut bayi setiap memberikan minum pada bayi.
11) Menghindari memijat pada daerah perut bayi.
12) Untuk menghindari trauma kulit bayi karena kuku bayi yang tajam dan panjang, mengusahakan sellau memakaikan sarung tangan pada bayi.
13) Memilih bahan baju yang tidak kaku dan menyerap keringat untuk bayi.
14) Menyediakan selalu minyak telon/kayu putih sebagai antisipasi jika bayi. mengalami gangguan perut (kembung) atau kedinginan.
6 Memberikan kenyamanan pada ibu
Selama masa nifas, ibu akan mengalami perdarahan. Berawal dari inilah banyak terjadi komplikasi baik berupa infeksi maupun gejala sakit yang lain. Maka dibutuhkan suatu upaya untuk memberikan kenyamanan pada ibu. Ada beberapa hal yang membantu memberikan kenyamanan pada ibu antara lain :
1) Istirahat
– Menganjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
– Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan.
– Menyarankan ibu untuk tidur siang.
– Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
2) Personal Higiene
– Menganjurkan ibu menjaga kebersihan seluruh tubuh
– Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
– Menyarankan ibu untuk ganti pembalut minimal 2 kali sehari
– Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah genetalia.
– Nasehati ibu untuk membersihkan dari setiap kali BAB atau BAK.
– Jika ibu mempunyai luka episiotomi/laserasi sarankan pada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
7. Membantu ibu untuk menyusui bayi
1. Mengupayakan berada dalam posisi yang senyaman mungkin saat menyusui.
2. Payudara dalam keadaan bersih.
3. Lebih efektif jika posisi ibu duduk.
4. Mengusahakan perut bayi menempel perut ibu.
5. Menyendawakan bayi setiap selesai menyusui.
6. Menyusui minimal setiap 3 jam sekali atau setiap bayi meminta ( on demand )
8. Memfasilitasi menjadi orang tua
1. Memberikan dukungan dan keyakinan pada pasangan akan kemampuan mereka sebagai orang tua
2. Mengupayakan untuk belajar merawat bayi selama ini telah dilakuakn sudah cukup bagus
3. Perlu persiapan mental dan material karena anak adalah suatu anugerah sekaligus amanah yang harus dirawat sebaik-baiknya
4. Dengan adanya anak akan mengubah beberapa pola dan kebiasaan sehari-hari, misalnya waktu istirahat, perhatian terhadap pasangan, komunikadi, tuntutan dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik bagi anak.
9. Persiapan pulang
Selama ibu dalam masa perawatan harus diberikan berbagai cara untuk membantu ibu dalam merawat bayi, dari memandikan hingga perawatan yang dibutuhkan bayi sehari-hari. Selain itu juga membantu ibu dalam perawatan payudara agar dalam memberikan ASI tidak mengalami banyak kesulitan.
Imunisasi dan informasi tentang KB sangat dianjurkan untuk disampaikan kepada orang tua sebelum pulang dan diberikan jadwal untuk selalu kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Sebelum pulang, mengusahakan bahwa ibu telah diberi pengetahuan dan latihan yang cukup untuk menjaga dan merawat bayi serta dirinya. Tak luput juga dari pihak suami untuk menemani dan mendukung upaya-upaya dalam menjaga kesehatan bayi dan ibu. .

10. Anticipatory guidance

Secara garis besar anticipatory giudance meliputi instruksi dan bimbingan dalam mengantisipasi periode nifas dan bagaimana memberikan asuhan sepanjang masa nifas tersebut. Kebutuhan ibu nifas berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Dalam memberikan asuhan, bidan harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan ibu. Ibu nifas juga perlu memberitahu bidan jika ada hal yang dibutuhkan sehingga dapat membantu bidan melaukan asuhan yang lebih berfokus. Anticipatory guidance meliputi hubungan antara ibu, bayi dan hubungan ibu dengan yang lain.
11. Deteksi dini komplikasi pada ibu masa nifas

a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pascapersalinan.
b. Infeksi masa nifas
Infeksi genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinaria payudara dan pembedahan menyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari suhu pembengkakan takikardia dan malaise. Gejala lokalnya berupa uterus lembek, kemerahan, rasa nyeri payudara, atau adanya disuria.faktor predisposisi meliputi nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama, ruptur membran, episiotomi, dan seksio sesaria. Gejala klinis endrometitis tampak pada hari ke- 3 postpartum disertai suhu yang mencapai 390 C dan takikardi, sakit kepala terdapat uterus yang lembek. Ibu yang mengalami kodisi ini harus diisolasi.
c. Sakit kepala, nyeri eigastrik, dan penglihatan kabur
Wanita yang baru meahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur. Penanganan terhadap gangguan ini meliputi :
Ø Jika ibu sadar, periksa nadi, tekanan darah, dan pernapasan.
Ø Jika ibu tidak bernapas, periksa dan lakukan ventilasi dengan masker dan balon. Lakukan intubasi bila perlu. Dan jika pernapasan dangkal, periksa dan bebaskan jalan napas serta beri oksigen 4-6 liter per menit.
Ø Jika pasien tidak sadar / koma, bebaskan jalan nafas, baringkan miring, ukur suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
d. Pembengkakan wajah atau ekstrimitas
Bila terjadi gejala ini, periksa adanya varises, periksa kemerahan pada betis, dan periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, atau kaki mengalami edema ( perhatikan adanya edema puting, jika ada ).
e. Demam, muntah, dan nyeri berkemih
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora normal perinium. Pada masa nifas dini,sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat truma persalinan atau analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar, laserasi periuretra, atau hematoma dinding vagina. Setelah melahirkan, terutama saat infus oksitosin dihentikan, terjadi diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang disertai kateresasi untuk mengeluaran air kemih sering menyebabkan infeksi saluran kemih.
f. Payudara bengkak
Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat dapat menyebabkan payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, dan akhirnya terjadi mastitis.puting lecet akan memudahkan memasukan kuman terjadinya payudara benkak. BH / bra yang terlalu ketat mengakibatkan engergomen segmental. Bila payudara ini tidak disusukan dengan adekuat, dapat terjadi mastitis.
Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami infeksi. Gangguan gejala ini meliputi :
a. Bengkak dan nyeri pada seluruh payudara atau lokal.
b. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
c. Payudara keras dan berbenjol-benjol ( merongkol )
d. Panas badan dan rasa sakit umum
Gangguan ini dapat diatasi dengan :
o Menyusui tetap dilanjutkan. Pertama, bayi disusukan pada payudara yang sakit selama dan sesering mungkin. Hal ini dilakukan agar payudara kosong. Selanjunya susukan bayi pada payudara normal.
o Beri kompres panas. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan shower hangat atau lap basah panas pada payudara yang terkena.
o Ubah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi berbaring, duduk, atau posisi berbaring, duduk, atau posisi memegang bola ( football position )
o Pakai BH longgar
o Istirahat yang cukup dan makanan yang bergizi
o Banyak minum ( 2 liter per hari )
g. Kehilangan nafsu makan yang lama
Sesudah bayi lahir, ibu akan merasa lelah dan mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga. Hendanya ibu lekas diberi minuman hangat, susu, kopi, atau teh yang bergula. Apabila menginginkan makanan , berikan makanan yang sifatnya ringan .
h. Trombus vena
Selama masa nifas, dapat terbentuk trombus pada vena-vena yang terdapat di pelvis yang mengalami dilatasi. Faktor predisposisi gangguan ini meliputi:
a. Obesias
b. Peningkaan umur maternal dan tingginya paritas
c. Riwayat sebelumnya
d. Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada pembuluh vena
e. Anemia maternal
f. Hipotermia atau penyakit jantung
g. Endometritis
h. Varikositis
Manifestasi gangguan ini meliputi timbul secara akut, timbul rasa nyeri akibat terbakar, dan nyeri tekan pada permukaan.

i. Perasaan sedih ibu nifas
Pada beberapa minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun, ibu postpartum cenderung mengalami perasaan yang tidak lazim dialaminya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya. Faktor penyebab keadaan ini meliputi:

1. Kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami oleh kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan
2. Rasa nyeri pada awal masa nifas
3. Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan
4. Kecemasan tentang kemampuannya untuk merawat bayi setelah meninggalkan rumah sakit
5. Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi

12. Health Education

1. Nutrisi
Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi, dan untuk memulai proses pemberian ASI. Asupan kalori perhari ditingkatkan sampai 2700 kalori. Asupan cairan per hari ditingkatkan sampai 3000 ml ( susu 1000 ml ). Suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah kelahiran

Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemuluhan kesehatan ibu. Kebutuhan gizi yang diperhatikan yaitu :
a. Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya
b. Banyak minum, setiap hari harus minum 6 gelas
c. Makanan-makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis, atau kimia untuk menjaga kelancaran pencernaan
d. Gunakan makanan yang dapat merasang produksi ASI, misalnya yang hijau.
Pada wanita dewasa, kebutuhan kalori sebesar 2200 kkal, sedangkan untuk ibu menyusui diperlukan tambahan 700 kkal untuk 6 bulan pertama setelah melahirkan dan selanjunya 500 kkal

2. Hygiene
Sering membersihkan area perinium akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi. Tindakan ini paling sering menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat dilarutkan antiseptik) ke atas vulva perinium setelah berkemih atau defekasi, hindari penyemprotan lansung. Ajarkan ibu untuk membersihkan sendiri.
Pasien yang harus istirahat ditempat tidur (misal, hipertensi, post-seksio sesaria) harus dibantu mandi setiap hari dan mencuci daerah perinium dua kali sehari dan setiap selesai eliminasi. Setelah ibu mampu mandi sendiri (dua kali sehari ), biasanya daerah perinium dicuci sendiri. Penggantian pembalut hendaknya sering dilakukan, setidaknya setelah membersihkan perinium atau setelah berkemih atau defekasi.
Luka perinium akibat episiotomi, ruptura, atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan kering. Tindakan membersihkan vulva dapat memberi kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama daerah perinium.
Payudara juga harus diperhatikan kebersihannya. Jika puting terbenam, lakukan masase payudara secara perlahan dan tarik keluar secara hati-hati.
Pada masa postpartum, seorang ibu akan rentang terhadap infeksi. Untuk ibu, menjaga kebersihan sangat penting untuk mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan. Ajari ibu untuk membersihkan alat genitalnya dengan sabun dan air bersih setiap kali setelah berkemih dan defekadi. Sebelum bersih pada waktu mencuci luka ( episiotomi ), ia harus mencuci dari arah depan kebelakang dabn mencuci daerah anusnya yang terakhir. Ibu harus mengganti pembalut sedikitnya 2 kali sehari. Jika ia menyusui bayinya, anjurkan untuk menjaga kebersihan payudara.

3. Perawatan perineum
Apa bila setelah buang air besar atau buang air kecil perineum dibersihkan secara rutin. Caranya dibersihkan dengan air sabun lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu merasa takut pada kemungkinan jahitannya akan lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak dibersihkan atau dicuci. Cairan sabun atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah buang air kecil atau air besar.
Membersihkan dimulai simpisis sampai anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu diberitahu caranya mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh tangan. Pembalut sudah kotor harus diganti paling sedikit 4 kali sehari. Ibu diberi tahu tentang jumlah, warna dan bau lochea sehingga apabila ada kelainan dapat diketahui secara dini. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin. Apabila ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

Perawatan perinium 10 hari :
a. Ganti pembalut wanita yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut dengan baik sehingga tidak bergeser.
b. Lepaskan pembalut dari arah depan kebelakang untuk menghindari penyebaran bakteri dari anus ke vagina.
c. Alirkan atau bilas dengan air hangat/ cairan antiseptik pada area perinium setelah defekasi. Keringkan dengan kain pembalut atau handuk dengan cara ditepuk-tepuk, dan dari arah depan kebelakang.
d. Jangan dipegang sampai area itu pulih
e. Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan rasa tidak enak, atasi dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan kain pembalut yang telah didinginkan .
f. Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk mengurangi tekanan pada daerah tersebut.
g. Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredarahan darah disekitar perinium. Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot-otot. Tidak perlu terkejut bila tidak merasakan apapun saat pertama kali berlatih karena area tersebut akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam beberapa minggu.

4. Istirahat dan tidur
Kebahagiaan setelah melahirkan membuat sulit istirahat. Seorang ibu baru akan cemas apakah ia akan mampu merawat anaknya atau tidak. Hal ini mengakibatkan sulit tidur. Juga akan terjadi gangguan pola tidur karena beban kerja bertambah, ibu harus bangun malam untuk meneteki atau mengganti popok sebelumnya tidak pernah dilakukan. Anjurkan ibu supaya istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan. Sarankan untuk ibu kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan serta untuk tidur siang atau istirahat selama bayi tidur. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal antara lain mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uteri dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

5. Ambulasi
Disebut juga early ambulation yaitu kebijakan untuk selekas mungkin membimbing klein keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan.klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam post partum. Keuntungan early ambulation adalah :
a. Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c. Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu dalam merat atau memelihara anaknya, memandikan dll selama ibu masih dalam perawatan

obstruksi billiaris

biliaris 2

Pengertian Obstruksi Biliaris
Obstruksi billiaris merupakan suatu kelainan bawaan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu, sehingga cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus dan akhirnya dikeluarkan dalam feses. ( Vivian Nanny Lia Dewi,2010 ).
Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk di keluarkan sebagai sterkobilin dalam feses.
Obstruksi billiaris adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul dan adanya timbunan kristal didalam empedu. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.

Metabolisme Bilirubin
Metabolisme bilirubin mempunyai tingkatan sebagai berikut :
a. Produksi
Sebagian besar bilirubin sebagai akibat degradasi hemoglobin pada sistem retikulo endotelial. Tingkat penghancuran hemoglobin ini pada neonatus lebih tinggi daripada bayi yang lebih tua.
b. Transportasi
Bilirubin di transper melalui sel ke dalam hepatosit, sedangkan albumin tidak.
c. Konjugasi
Dalam sel hepar bilirubin kemudian di konjugasi menjadi bilirubin diglukosonide. Walaupun ada sebagan kecil dalam bentuk monoglukoronide. Sintesis dan ekskresi di glokoronode terjadi di membran kanilikulus.
d. Ekskresi
Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan dan di ekskresi dengan cepat ke sistem empedu. Kemudian ke usus, dalam usus bilirubin direk ini tidak di absorpsi, sebagian kecil bilirubin dehidrolisis menjadi bilirubin indirek dan di reabsorpsi
e. Metabolisme bilirubin pada janin dan neonatus
Produksi bilirubin pada petus dan neonatus diduga sama besarnya tetapi kesanggupan hepar mengambil bilirubin dari sirkulasi sangat terbatas.
2.2 Penyebab Obstruksi Biliaris
Obstruksi biliaris ini disebabkan oleh :
a. Batu empedu
Kolestrol cair biasa berada di dalam empedu dan saluran empedu dalam kondisi normal, namun kolestrol cair tersebut dapat menjadi jenuh bila terlalu banyak kolestrol dan terlalu sedikit asam empedu. Hal itu memungkinkan kolestrol mengkristal dan menggumpal menjadi batu empedu.
b. Karsinoma Duktus Biliaris (Kista dari saluran empedu)
Karsinoma Duktus Biliaris adalah tumor jinak maupun ganas yang tumbuh di saluran empedu menuju ke hatisehingga menyebabkan penyumbatan pada saluran empedu. Tumor yang menyebar ke sistem empedu (Zieve David, 2009)
c. Karsinoma Kaput Pankreas
Karsinoma Kpaut Pankreas adalah tumor jinak maupun ganas yang tumbuh pada pankreas sehingga menyebabkan sumbatan pada saluran pankreas.
d. Radang duktus biliaris komunis yang menyebabkan strikura
e. Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis (Sarjadi,2005)
f. Peradangan dari saluran-saluran empedu
g. Trauma cedera termasuk dari operasi kandung empedu
Penderita tampak ikterik akan sangat berat apabila obstruksi tidak dapat diatasi, bilirubin serum yang terkonjungasi meningkat,feses pucat , urine berwarna gelap (pekat), biasanya terdapat juga peningkatan kadar alkali fosfate serum terutama transaminase
Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten empedu yang terkandung dapat mengalami infeksi menimbulkan kolongitis dan abses hepar kekurangan empedu dalam usus halus mempengaruhi obsorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya beberapa jenis vitamin).
Obstruksi Biliaris Akut
Obstruksi akut duktus biliaris utama pada umumnya disebabkan oleh batu empedu secara klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolongitis) dan timbul demam.kolongitis dapat berlanjut menjadi abses hepar. Obstruksi biliaris yang berulang menimbulkan kibrosis traktus porpal dan regenerasi nodular sel hepar keadaan ini disebut sirosis biliary. Obstruksi biliaris yang berulang akan menimbulkan fibrosis traktus portal dan regenerasi noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder. (Sarjadi,2000)
2.3 Patofisiologi
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada dinding misalnya ada tumor, atau penyempitan karena trauma (iatrogenik). Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan didalam lumen saluran. Pankreatitis, tumor caput pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprodjo, 1995)
Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab sumbatan antara lain kista koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, di ventrikel duodenum dan striktur sfingter papila vater. (Reskoprojo,1995)
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab atas tinja pucat biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang berhubungan dengan obstruksi empedu tidak jelas. Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Lain menyarankan mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen (Judarwanto,2009).
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses. (Ngastiyah, 2005)
2.4 Gejala
a. Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
b. Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul
c. Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen
d. Perut sakit di sisi kanan atas
e. Demam
f. Mual dan muntah (Zieve David,2009)
g. Nafsu makan berkurang
h. Sulit buang air besar

2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya tanda ikterus atau kuning pada kulit, pada mata dan di bawah lidah. Pada pemeriksaan perut, hati teraba membesar kadang juga disertai limfa yang membesar.
Pemeriksaan Laboratorium dan Imaging
1. Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)
Pemeriksaan darah dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase, GGT. Dan faktor pembekuan darah.
2. Rontgen perut (tampak hati membesar)
3. Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif
Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan dengan visualisasi langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan operasi Kasai.
4. Breath test
Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat. Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan) maupun intravena (melalui pembuluh darah).
Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.
5. USG
Menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor. USG merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu. Dengan USG, dokter dengan mudah bisa mengetahui adanya batu empedu di dalam kandung empedu. USG dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan fungsi sel hati. USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran darah dalam pembuluh darah di hati. USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada saat memasukkan jarum untuk mendapatkan contoh jaringan biopsi.
6. Imaging radionuklida (radioisotop)
Menggunakan bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan diikat oleh organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma yang dipasangkan pada sebuah komputer.
7. Skening hati
Merupakan penggambaran radionuklida yang menggunakan substansi radioaktif, yang diikat oleh sel-sel hati.
8. Koleskintigrafi
Menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu (kolesistitis).
9. CT scan
Bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk mencari tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara abnormal (hemokromatosis). Tetapi karena menggunakan sinar X dan biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak digunakan.
10. MRI
Memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus berbaring dalam ruangan yang sempit, menyebabkan beberapa penderita mengalami klaustrofobia (takut akan tempat sempit).
11. Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd
Merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat radiopak kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto rontgen dari saluran empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas (pankreatitis) pada 3-5% penderita.
12. Kolangiografi transhepatik perkutaneus
Menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian disuntikkan zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG untuk menuntun masuknya jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu, terutama penyumbatan di dalam hati.
13. Kolangiografi operatif
Menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu pembedahan, zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.
14. Foto rontgen sederhana
Sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.
15. Pemeriksaan Biopsi hati
Untuk melihat struktu organ hati apakah terdapat sirosis hati atau kompilkasi lainnya. Laparotomi biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.
16. Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan). (Indonesia, USA & internasional berkumpul, 2000)

2.6 Pencegahan
Mengetahui faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL, 2008)
Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu) dengan keadaan fisik yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat). (Sarjadi.2000)

2.7 Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor. Dapat pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi baik melalui papila vater atau dengan laparoskopi.
Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat dapat dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau kolesistostomi. Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio digestif. Drenase interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi, koledoko-duodenostomi, koledoko-jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi.
 Asuhan Kebidanan
a. Pertahanan kesehatan bayi dengan pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, pencegahan hipotermia, pencegahan infeksi dan lain-lain.
b. Lakukan konseling pada orang tua agar mereka menyadari bahwa kuning yang dialami bayinya bukan kuning biasa tetapi disebabakan karena adanya penyumbatan pada saluran empedu.
c. Lakukan inform consent dan inform choice untuk dilakukan rujukan.
d. Penatalaksanaan medisnya ialah dengan tindakan operasi selektif.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan. Dengan melihat penyakit yang ada, bidan dapat dapat memberikan pelayanan dengan baik agar keselamatan pada bayi baru lahir, bayi maupun anak balita. Bidan segera merujuk ketika mendapatka kasus demikian.

3.2 SARAN
• Dapat mengetahui setiap faktor risiko yang dimiliki, sehingga bisa mendapatkan prompt diagnosis dan pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah.
• Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris (penyumbatan saluran empedu), dengan keadaan fisik yang menunjukan anak tampak ikterik, feses pucat dan urine berwarna gelap (pekat).
• Bidan segera melakukan rujukan cepat untuk menghindari komplikasi berlanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Sudarti,M.Kes.2010. Kelainanan Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak .Yogyakarta :Medical books
Ai Yeyeh Rukiyah S.SiT.2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:Trans info Media
Ngastiyah 1997. Perawatan Anak Sakit.Jakarta:EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta: Infomedika.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta: Infomedika.
Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta : CV. Sagung Seto.

rencana asuhan bayi usia 2-6 hari kebersihan kulit

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ‘ASNEO” yang berjudul “MEMBUAT ASUHAN BAYI USIA 2-6 HARI, KEBERSIHAN KULIT” guna memenuhi tugas kelompok 17.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kelompok sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamin

Padang, 14 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR
2. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah

3. PEMBAHASAN
A.Kebersihan kulit
B. Merawat kulit
C. Cara merawat kulit
.
4. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

5. DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Rencana asuhan pada bayi hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah lahir,kebersihan kulit bayi harus dibuat secara menyeluruh dan rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya atau sesuai dengan keadaan bayi pada saat itu, apakah dalam keadaan sehat/normal atau mengalamisakit/gangguan. Pada bayi- bayi yang lahir di Rumah sakit atau klinik-klinik bersalin asuahan pada bayi usia 2- 6 hari ini juga harus diinformasikan atau diajarkan kepada orang tua bayi, sehingga saat kembali kerumah, mereka sudah siap dan dapat melaksanakannya sendiri. Secara umum asuhan yang diberikan kepada bayi usia 2-6 hari meliputi hal-hal yang berkaitan dengan minum, BAK, BAB, Tidur, kebersihan kulit, keamanan, tanda-tanda bahaya dan penyuluhan.
B. TUJUAN
1 Mengetahui cara menjaga kebersihan kulit bayi
2 Mengetahui cara merawat kulit bayi
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kebersihan kulit bayi?
2. Bagaiman cara merawat kulit bayi?
3. Apa saja yang harus di lakukan saat merawat kulit bayi
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBERSIHAN KULIT
1. Kulit normal bayi
Pemeriksan kulit sangat penting dalam pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Kesehatan neonates dapat diketahui dari warna, integritas,dan karakteristik kulitnya. Dengan alat batu pemeriksaan yang canggih, kita dapat mengetahui usia, status nutrisi, fungsi system organ, dan adanya penyakit kuit yang bersifat sistemik. Adanya luka memar, dan tanda lahir dapat menimbulkan kecemasaan bagi orang tua. Pemeriksaan yang lengkap pada kulit mencakup inspeksi dan palpasi. Pemeriksaan inspeksi dapat melihat adanya variasi kelainan kulit. Namun untuk menghindari masalah yang tidak tampak jelas, dilakukan pemeriksaan inspeksi berupa penilaian ketebalan dan konsistensi kulit.
Fungsi kulit adalah sebagai perlindungan, baik fisik maupun imunologis, regulasi panas, dan indera peraba. Pemahaman tentang struktur kulit sangat penting agar kita dapat melakukan pemeriksan dan mengidentifikasi adanya kelainan

Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
1. Epidermis (bagian luar)dibagi menjadi 5 lapisan: lapisan teratas adalah startum korneum (terdiri dari sel mati) yang secara konsisten terkikis dan tergantikan. Pada bagian terendah banyak mengandung keratin dan melanosit.
2. Dermis terdiri dari jaringan fibrosa dan elastic, kelenjar keringat, kelenjar sebaseaus, pangkal rambut, pembuluh darah, dan saraf.
3. Subkutan yang terdiri dari lemak kulit yang berfungsi untuk melindungi organ dalam tubuh dan sebagai tempat penyimpanan energy.

Kulit bayi baru lahir secara struktur dasar hamper sama dengan kulit orang dewasa. Kulit bayi biasanya tipis, lembut dan biasanya mudah tterkena trauma, baik akibaat peregangan , tekanan atau bahan-bahan dengan pH yang berbeda. Semakin premature seornag bayi, semakin kurang kematangan fungsi kulitnya. Fibril yang menghubungkan lapisan dermis dnegan epidermis lebih rapuh dan stratum kornium lebih tipis.kelenjar keringat, walaupun sudah ada sejak lahir, belum mencapai fungsi maksimal eperti orang dewasa.
Kulit janin dalam uterus ditutupi oleh vernik caseosa yang merupakan hasil konsepsi material lemak berwarna putih/kuning yang terbentuk akibat sekresi kelenjar sebasea dan penumpukan sel mati. biasanya muncul selama trimester III dan berkurang sampai usia kehamilan mencapai 40 minggu. Verink kaseosa sering kali dijumpai pada saat lahir dan biasannya menghilang daalam beberapa jam melalui proses absorbsi. Didalam uterus janin diselubungi lanugo, yaitu rambut yang pertama kali muncul pada minggu ke 20 dan menutupi sebagian tubuh, termasuk wajah, dan menghilang pada usia kehamilan ke-40 minggu atau lebih. Dengan melihat anatomi dan fisiologisnya, taampaak bahwa kulit bayi mempunyai perranan penting ddalam melindungi bayi. Kelenjar sebasea biassanya belum aktif, namun mungkin akan mengalami pelebaran pada daerah hidung dan pipi berbentuk bintik-bintik putih yang disebut milia.
Dengan demikian kita perlu menjaga kesehatan kulit bayi agar tidak muncul komplikasi atau penyakit. Salah satu cara untuk menjaga kebersihan ulit adalah dengan memandikan bayi. Memandikan bayi pertama kali harus ditunda minilmal 6 jam, dan disarankan setelah 24 jam pertama, untuk mencegah hipotermia karena anatomi kulit dan fungsi pengaturan suhu bayi (hipotalamus) masih belum sempurna sehingga bayi tidak dapat langsung menghadapi stress, baik suhu dingin maupun panas yang berlebihan. Setelah 6 jam, diperkirakan suhu tubuh bayi sudah stabil dan bayi cukup mampu mengatasi tentang lingkungan, baik panas maupun dingin ( biasanya 2 hari fungsi termogulasi sudah baik). Jika bayi tterpapar lingkungan yang dingin, metode pengaturan suhu akan bekerja, baik dengan menggigil (peningkatan aktivitas, postur tubuh dan menangis) atau tanpa menggigil (penggunaan lemak coklat sebagai kompensasinya)
Harus diingat pula bahwa ketika memandikan, bayi kemungkinan kehilangan panas melalui konveksi, konduksi, evaporasi dan radiasi. Konduksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda-benda yang mempunyai suhu rendah (misal., bayi diletakan diatas meja yang terbuat dari logam ). Konveksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui kontak dengan udara dingin disekitarnya (misal., bayi berada didalam suatu ruangan yang dingin atau menggunakan kipas angin). Evaporasi adalah proses hilangnya panas tubuh jika bayi dalam keadaan basah. Rradiasi proses hialngnya panas tubuh jika bayi diletakan dengan benda-benda yang lebih rendah suhunya dari suhu tubuhnya.

Kehilangan panas
Ketika dalam kandungan, bayi berada dalam lingkungan yang bersuhu tetap 37,7 derajat celcius. Setelah lahir, bayi masuk ke suasana yang jauh lebih sejuk. Suhu ruangan persalinan yang hanya 21 derajat celcius menyebabkan tubuh bayi cepat mendingin pada saat air ketuban menguap pada tubuhnya.
Luas permukaan kulit yang berbanding lurus dengan massa tubuh bayi menyebabkan bayi beresiko kehilangan panas, terutama dari bagian kepala bayi yang merupakan 25% dari ukuran seluruh tubuhnya.

Bayi yang baru lahir mungkin penuh berlumur darah dan cairan amniotik, kadang-kadang juga dengan vernix, substansi mirip keju yang melindungi kulit bayi ketika masih ada di dalam rahim. Kulit bayi yang baru lahir mungkin dilapisi bulu halus yang hitam, bernama lanugo, yang akan lenyap dalam 2 bulan kehidupan awalnya. Warna kulit mungkin mula-mula kelihatan biru tua, tetapi setelah bayi mulai bernafas akan berubah menjadi merah jambu sehat.

B. MERAWAT KULIT BAYI
Merawat kulit bayi merupakan salah satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh para ibu. Hal ini disebabkan oleh kulit bayi yang masih sangat muda dan sensitif yang rentan akan berbagai unsur penyakit dan berbagai macam gangguan lainnya. Kadang para ibu melupakan mengenai perawatan bayi ini, karena melihat bahwa kulit bayi yang begitu halus, lembut dan kelihatan segar, sehingga merasa perawatan kulit bayi tidak diperlukan lagi. Ya, anggapan ini sangat salah, kulit bayi sangat rentan terkena biang keringat, alergi, ruam, iritasi dsb, oleh karena itu peran seorang ibu atau orang tua dalam menjaga kesehatan bayi khususnya mengenai kesehatan kulit sangat diperlukan. Selain itu, penyakit kulit bayi berat (contoh bersifat patologis) semula berawal dari tidak sehatnya lingkungan

C. CARA MERAWAT KULIT BAYI
a. Memandikan Bayi
1) Perhatikan suhu air mandi terutama untuk bayi baru lahir. Sebaiknya suhunya tidak terlalu panas atau dingin.
2) Bersihkan kulit bayi dari kotoran yang menempel pada kulit seperti sisa makanan, air seni, dan tinja dengan air. Mandi dua kali sehari juga akan membantu membersihkan kulit bayi. Jika aktivitas dan gerakan anak atau bayi anda sangat aktif, mandi dapat dilakukan 3x sehari.
3) Pada saat dimandikan, perhatikan betul mengenai sabun yang akan digunakan. Sabun yang baik bagi kulit bayi adalah sabun khusus untuk bayi yang tidak terlalu keras dan memiliki pH antara 4,5 – 5 dan usahakan sabun agak berminyak, hal ini untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit bayi. Sangat baik bila bilasan dilakukan dua kali untuk membersihkan bahan kimianya. Bila terjadi iritasi terhadap merek tertentu sebaiknya beralihlah ke merek lain, jangan biarkan berlarut-larut.
4) Daerah seperti sela jari jemari, ketiak, serta selangkangan, jangan sampai terlewatkan.
5) Cara membersihkan alat kelamin bayi perempuan dan laki-laki berbeda. Pada bayi perempuan, basuh alat kelaminnya dari bagian depan ke belakang atau ke arah anus dengan menggunakan kapas atau waslap basah. Pada bayi laki-laki, tarik kulupnya perlahan-lahan hingga tampak lubang kencingnya, baru kemudian bersihkan dengan kapas atau waslap basah.
6) Setiap kali bayi buang air besar, bilas anus dan daerah sekitarnya dengan menggunakan air bersih yang mengalir. Kalaupun terpaksa menggunakan tisu atau kapas basah, pilihlah tisu basah khusus bayi yang tanpa alkohol. Alkohol dikhawatirkan bisa membuat kulit bayi teriritasi.
7) Selesai mandi, gunakan handuk lembut agar nyaman di kulit bayi.
8) Gunakan pelembab khusus bayi berupa lotion atau krim yang berfungsi untuk mempertahankan atau menambah kandungan air yang terdapat di dalam kulit, khususnya kulit bagian luar (epidermis)
b Pemilihan Pakaian dan Popok Bayi
1) Pilih pakaian dan popok berbahan lembut dan tipis dari bahan katun atau campurannya. Hindari bahan nilon yang umumnya membikin bayi gerah dan mudah keringatan. Kondisi ini akan mudah mengundang kuman atau bakteri yang mudah memunculkan ruam dan gatal-gatal. Jika bayi sudah bisa menggaruk, kemungkinan terinfeksi pun menjadi lebih besar.
2) Hindari pakaian dan popok yang terlalu ketat karena bisa membuat kulit bayi terluka bila lama tergesek bahannya.
3) Ganti segera pakaian bayi bila terkena kotoran. Entah itu berupa muntahan, tumpahan makanan, apalagi jika terkena feses atau air seninya. Kontak kulit dengan feses dan air seni dalam waktu lama akan menyebabkan terjadinya ruam popok.
4) Cuci pakaian bayi dengan sabun cair karena bahan kimia dalam sabun deterjen bubuk umumnya lebih tajam. Bila bahan deterjen ini tertinggal di baju sangat mungkin akan membuat kulit bayi teriritasi. Ibu juga boleh menggunakan sabun krim asalkan sabun itu terlebih dahulu dicampur dengan air dan menjadi cair. Pewangi pakaian tidak terlalu dianjurkan. Yang dikhawatirkan bukanlah kontak cairan pewangi itu dengan kulit bayi, melainkan aromanya yang dapat terhirup masuk ke dalam tubuh bayi. Asal tahu saja, aroma yang terkandung dalam pewangi pakaian mengandung bahan kimia.
c Gunakan Kosmetika Yang Aman Bagi Bayi
1) Teliti terlebih dulu terhadap kosmetika yang akan digunakan termasuk isi, tujuan, cara pemakaian, tanggal produksi, masa kadaluwarsa dan izin POM.
2) Gunakan kosmetika bayi secara benar sesuai dengan aturan yang tertera
3) Jangan gunakan penggunaan kosmetika bayi secara berlebihan, hal ini akan membuat tersumbatnya pori-pori yang dapat menimbulkan terjadinya ruam
4) Gunakan bedak dan minyak telon setelah mandi ke seluruh tubuh untuk menjaga kulit bayi dari iritasi, selain itu penggunaan minyak telon ini dapat menghidanrkan bayi dari gigitan serangga karena baunya yang menyengat yang tidak disukai oleh serangga.
5) Jangan menggunakan kosmetika yang mengandung alkohol, karena dikhawatirkan akan membuat kulit bayi lebih mudah mengalami iritasi.
6) Sebaiknya konsultasikan ke dokter dulu ke dokter sebelum menggunakan kosmetika bayi atau meminta saran jenis kosmetika bayi yang aman bagi bayi.
d Lindungi Bayi dari Terpaan Sinar Matahari Siang
1) Jika bayi harus dijemur untuk mendapatkan tambahan vitamin D demi pertumbuhan tulangnya, lakukan hal itu di bawah jam sembilan pagi.
2) Jika berdomisili di lokasi dengan tingkat polusi yang cukup tinggi, terutama di kota-kota besar, disarankan untuk menjemur bayi sebelum jam 8 pagi
3) Hindari terpaan langsung bayi dari sinar matahari siang, terkena sinar matahari secara langsung rentan terkena penyakit kanker kulit.
4) Bila ingin membawa bayi keluar rumah, gunakan pelindung seperti payung atau topi. Krim pelindung matahari (sunblock) bisa digunakan asalkan dikonsultasikan pada dokter terlebih dulu. Hati-hati jangan sampai mengenai mata, mulut, dan telapak tangan si kecil.
e. Ciptakan Lingkungan Yang Sehat Bagi Bayi
1) Bersihkan kamar bayi yang akan digunakan.
2) Ciptakan suhu kamar atau lingkungan yang sesuai yang dapat membuat nyaman bayi. Suhu lingkungan yang tidak pas buat si kecil akan membuat kulitnya bereaksi, misalnya langsung muncul bintik warna merah.
3) Perhatikan mengenai ventilasi kamar bayi. Ventilasi kamar bayi sebaiknya jangan terlalu lebar dan juga jangan terlalu sempit. Kondisi udara yang terus berganti di kamar bayi cukup baik bagi bayi. Selain itu beberapa kasus biang keringat yang terjadi pada bayi dapat diatasi dengan lingkunga udara yang sejuk
4) Jika suhu ruangan bayi dianggap terlalu panas, dapat menggunakan air conditioner atau kipas angin tapi terpaannya usahakan jangan langsung mengarah ke bayi.
5) Hindari penggunaan obat nyamuk jenis apapun, jika ingin menghindari bayi dari gigitan nyamuk, gunakan kelambu saja. Racun yang terdapat dalam obat nyamuk dikhawatirkan akan membahayakan bayi itu sendiri
6) Potong kuku bayi secara teratur. Kuku bayi yang tidak terpelihara dengan baik sering mendatangkan masalah bagi kulit bayi. Umpamanya, kuku yang panjang-panjang akan lebih mudah dimasuki kotoran. Bila bayi menggaruk tubuhnya, mungkin sekali akan terjadi infeksi. Untuk itu, potong kuku bayi secara teratur
BAB III
PENUTUP

1.Kesimpulan
Kebersihan kulit bayi merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Orang tua harus sering membersihkan kulit bayi dari keringat dan kotoran terutama daerah genital. Popok bayi harus sering diganti agar bayi terhindar dari ruam popok. Daerah kepala bayi juga harus dijaga kebersihannya agar tidak menimbulkan crradle cap.

2.Saran
Kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga. Walaupun mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti muka, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara teratur. Sebaiknya orang tua atau orang lain yang ingin memegang bayi diharuskan untuk mencuci tangan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA

1. DepKes RI,1992 Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga
Muslihatun,Wafi Nur.2010.Asuhan Bayi dan Balita.Yogyakarta:Fitramaya
2. Djuanda,adji,Prof,Dr,spkk,dkk.2010. MIMS Indonesia petunjuk konsultasi.Jakarta.CMP MEDIKA

makalah asuhan primer pada bayi usia 6 minggu pertama ( bounding attachment )

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan ridhonya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang” ASUHAN PRIMER PADA BAYI USIA 6 MINGGU PERTAMA(Bounding Attachment)” ini dengan baik.

Adapun makalah ini disusun untuk menanmbah pengetahuan kita semua tentanng bagaimana asuhan primer pada bayi usia 6 minggu.Tak lupa pula kami sebagai penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami untuk menyusun makalah sederhana kami.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurrangan dan kelemahannya serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya, kami sebagai penyusun sangat mengharapakan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalh ini bermanfaat untuk para pembaca.
Padang 11 oktober 2014

Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Tim penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bounding attachment
B. Manfaat bounding attachment
C. Elemen – elemen bounding ettechment
D. Prinsip – prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment
E. Cara untuk melakukan bounding attachment
F. Rencana asuhan pada bayi berusia 1-6 minggu
G. Assessment / analisis data
H. Peran bidan pada bayi sehat
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi yang baru lahir mendapatkan pengalaman yang sama sekali berbeda dengan
Yang kita alami. Meraka sepenuhnya bergantung pada orangtuanya untuk seluruh kebutuhan dasarnya. Untung nya mereka memiliki cara untuk mengkomunikasikannya dengan orang tuanya. Di 6 minggu pertama, anda dan bayi anda akan belajar banyak satu sama lain. Proses”give dan take” yang terjadi antara anda dan bayi anda akan menciptakan yang kuat, hubungannya dengan anda akan menjadi landasan baginya untuk berhubungan dengan yang lainnya. perhatikan bayi anda baik – baik karena bayi anda sangat memperhatikan anda dan seberapa baik anda memperlakukannya. Telentangkan bayi anda selagi tidur karena dia belum mampu mengubah posisi badannya jika dia sulit bernapas kecuali jika dokter anak anda menyarankan lain.
B. RUMUSAN MASALAH
1.Bagaimana peran bidan pada bayi sehat
2. Manfaat bounding attachmen
3.Cara untuk melakukan bounding attachmen
4. Bagaimana rencana asuhan pada bayi berusia 1- 6 minggu.

C.TUJUAN
1. Mengetahui apa itu bounding attachmen
2. Mengetahui bagaimana rencana asuhan pada bayi berusia 1 – 6 minggu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bounding Attachment
Bounding adalah proses pembentukan sedangkan Attacment ( membangun ikatan)
Jadi Bounding Attacment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus – menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.
Menurut Brazelton ( 1978 ), Bounding merupakan suatu ketertarikan mutualisme pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka bertemu. Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu lain.Nelson dan May (1996 ) mengatakan, attachment merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab.
Menurut Klaus, kenell ( 1992 ), bounding attachment bersifat unik, spesifik,dan bertahan lama. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan selamanya waktu di pisah oleh jarak dan waktu dan tanda – tanda peradaban secara fisik tidak terlihat. Bagian penting dari ikatan ini adalah perkenalan.Menurut Saxton dan Pelikan ( 1996 ), bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan efeksi ( kasih sayang ) oleh ibu kepada bayi bayinya segera setelah lahir. Sedangkan, Attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.

B. Manfaat Bounding Attachment

Dampak positif yang dapat di peroleh dari bounding attachment : bayi merasa
Di cintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social, bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi. Hambatan yang terjadi yang terjadi dalam bounding attachment kurangnya support system, ibu dengan resiko, bayi dengan resiko, kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
Konrad Lorenz pun mengeluarkan pendapat (1965 ), bahwa periode awal kelahiran hingga batas waktu tertentu merupakan saat – saat terjalinnya keakraban dan ketertarikan yang sangat penting pada bayi ( pada bayi angsa adalah 36 jam pertama, sedangkan pada manusia adalah setahun pertama).Menurut Stayton ( 1973 ), para ibu yang menunjukkan” ketertarikan yang tidak aman” cenderung bereaksi menurut keinginan pribadi, bukan karna isyarat dari sang bayi. Para ibu itu akan memeluk bayi yang menangis bila mereka yang ingin memeluk bayi itu, tapi akan mengabaikan tangisan bayidi waktu lain. Ibu yang kurang responsif, seperti itu, selama tahun pertama akan mengembangkan keterikatan yang tidak aman antara dia dan bayinya.
Clarke dan Stewart ( 1973 ) pun mendukung pendapatStayton. Menurut mereka, para ibu yang memiliki ikatan aman dengan bayinya, lebih bersifat responsif terhadap kebutuhan bayi, memberi stimulus sosial yang lebih banyak dengan mengajak sang bayi bercakap – cakap atau bermain bersama. Dan para ibu tersebut pun mengungkapkan rasa sayang dengan lebih baik. Mary Ainsworth (1979 ) yang juga sepaham dengan stayton mengajukan tiga tipe keterikatan utama, yaitu tipe A ( cemas menghindar atau anxious – avoidant ), tipe B ( keterikatan aman ), dan tipe C ( cemas menolak atau anxious resistant ).
C. Elemen – elemen Bounding Attachment

1. Sentuhan
Sentuhan atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang hamper sama, yakni pengasuh mulai mengeksplorasikan jari tangan kebagian kepaladan tungkai kaki. Tidak lama kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelis badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya ( Rubin, 1963; Klaus, Kennell, 1982; dan Tulman, 1985 ). Gerakan ini di pakai untuk menenangkan bayi.
2. Kontak Mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayi nya ( Klaus dan Kennell 1982 ).

3. Suara
Saling mendengar dan merespons sura antara orang tua dan bayinya juga penting dilakukan. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinaya dengan tegang. Bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.
4. Aroma
Perilaku lain yang terjalin antara orang tua dan bayi ialah respons terhadap aroma/ bau masing –masing. Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik ( porter, cernoch, perry, 1983) sementara itu, bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainton, 1985)
5. Hiburan (entertainment)
Bayi baru lahir bergerak – bergerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang – nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tua nya. Hiburan terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berpungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6. Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal ( bioritme ). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsistens dan dengan memanfaat kan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsive.
7. Kontak Dini
Saat ini tidak ada bukti – bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua dan anak.
8. Kehangatan Tubuh ( body warmth )
9. Waktu Pemberian Kasih Sayang
10. Stimulasi Hormonal
D. Prinsip – prinsip dan upaya meningkatkan bounding attachment

1. Bounding attachment dilakukan di menit pertama dan jam pertama
2. Orang tua merupakan orang yang menyentuh bayi pertama kali
3. Adanya ikatan yang baik dan sistematis
4. Orang tua ikut terlibat dalam proses persalinan
5. Persiapan ( perinatal care- PNC ) sebelumnya
6. Cepat melakukan proses adaptasi
7. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta member rasa nyaman
8. Tersedianya fasilitas untuk kontak lebih lama
9. Penekanan pada hal- hal positif
10. Adanya perawatan maternitas khusus ( bidan )
11. Libatkan anggota keluarga lainnya
12. Pemberian imfomasi bertahap mengenai bounding attachment

E. Cara melakukan bounding attachment

1. Inisiasi Dini; setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan di atas ibu. Dia akan merangkak dan mencari putting susu ibunya.
2. Pemberian ASI ekslusif; dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibunya merasa bangga dan diperlukan.
3. Rawat Gabung; Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat ( early infant mother bounding ) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya.
4. Kontak Mata; beberapa ibu berkata ketika begitu bayinya bisa mamandang mereka, mereka merasa lebih dekat dengan bayinya.
5. Suara; mendengar dan merespon antara suara orang tua dan bayinya sanbgat penting.
6. Aroma ; setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroama susu ibunya.
7. Entrainment ; bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan
8. Bioritme ; salah satu tugas bayi baru lahir adalahmembentuk ritme personal ( bioritme )

Berhasil atau tidaknya bounding attachment ini sangat di pengaruhi oleh kondisi – kondisi sebagai berikut:
1. Kesehatan emosional orang tua; orang tua yang mengharapkan kehadiran sianak dalam kehidupannya tentu akan memberi respons emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan bayi tersebut.
2. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak; dalam berkomunikasi dan keterampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing- masing.
3. Dukungan sosisal seperti keluarga, teman dan pasangan; dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang – orang terdekat akan memberikan suatu semangat/ dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang pada bayinya.
4. Kedekatan orang tua ke anak; dengan metode rooming ini kedekatan antara orang tua dan anak dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujudnya diantara keduanya.
5. Kesesuaian antara orang tua dan anak; anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarganya yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan.
F. Rencana asuhan pada bayi berusia 1- 6 minggu
Pengumpulan data subjektif
1. Tanyakan pada ibu mengenai kondisi kesehatan bayi secara keseluruhan.
2. Tanyakan pada ibu mngenai masalah – masalah yang di alami terutama dalam proses menyusui.
3. Jika ibu sedang menyusui bayinya, amati letak mulut bayi pada puting, posisi menyusui, isapan, dan refleks menelan bayi.
4. Apakah ada orang lain yang dapat membantu pekerjaan ibu baru tersebut.
5. Amati keadaan rumah, terutama kebersihannya.
6. Amati persediaan makanan dan air.
7. Amati keadaan suasana hati ibu yang baru.
8. Amati cara ibu tersebut berinteraksi dengan bayinya.
9. Tanyakan pada ibu kapan bayi tersebut lahir.( jika anda tidak menolong ibu dalam persalinan ).
10. Apakah bayi mengalami pertumbuhan dan ada penambahan berat badan.
11. Apakah bayi menunjukkan tanda – tanda bahaya.
12. Apakah bayi menyusu dengan baik
13. Apakah bayi menyusu sedikitnya 2-4 jam sekali
14. Apakah bayi berkemih 6-8 kali perhari
15. Apakah bayi menderita demam
16. Apakah bayi tanpak waspada saat bangun
17. Apakah matanya mengikuti gerakan ibu.

Pengumpulan data objektif
1. Pemeriksaan fisik
2. Tinjauan ulang system – system utama tubuh
a. Sistem pernapasan.
b. Sistem kardiovaskuler dan darah
c. Sistem ginjal
d. Sistem gastrointestinal
e. Pengaturan suhu
f. Adaptasi imunologi
g. Sistem reproduksi
h. Sistem muskuloskeletal
i. Sistem neurologi
3. Pancaindera
a. Penglihatan
b. Penciuman
c. Pengecapan
d. Pendengaran
e. Sentuhan

G. Assessment/ Analisis Data
planning
keluarga di berikan pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi yang meliputi hal – hal
berikut:
1. Tempat tidur yang tepat
2. Memandikan bayi
3. Mengenakan pakaian
4. Perawatan tali pusat
5. Perawatan hidung
6. Perawatan mata dan telinga
7. Perawatan kuku
8. Kapan membawa bayi keluar rumah
9. Pemeriksaan
10. Perawatan kulit
11. Bermain
12. Pemantauan berat bayi

H. Peran bidan pada bayi sehat
Bayi sangat rentan terhadap penyakit, mak dari itu peran bidan pada bayi sehat
Adalah dengan cara memberikan ASI karena ASI mengandung kekebalan alami.merupakan hal yang normal bila frekuensi BAB bayi mendapatkan ASI menurun saat kolostrum yang bersipat pencahar, benar- benar tidak terdapat lagi dalam ASI setelah sekitar usia 6 minggu. Merupakan hal yang normal pula untuk bayi ASI berusia lebih dari 6 minggu hanya BAB 1 kali setiap beberapa hari.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adalah ketika ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa kehamilan, dan pada saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Sebab adanya dorongan dari janin.

B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalh ini belumlah sempurna, oleh karena itu sran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Asuhan neonatus bayi dan anak balita oleh( Vivian nanny lia dewi )
Penerbit salemba medika
Asuhan neonatus bayi dan ank balita oleh (ai yeyeh rukiyah, s,sit. MKM.
Lia yulianti ,Am. Keb, MKM)
Penerbittrans info media

1000 hari pertama kehidupan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat dan rahmat-Nya serta hidayah-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ETIKA PROFESI. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga kebaikan yang telah diberikan dapat menjadi amal soleh dan ibadah bagi kita semua dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin.

Padang ,24 oktober 2014
Penulis
1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………3
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………3
1.3 Tujuan Makalah…………………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
a. Pengertian…………….……………………………………………………….4
b Faktor penyebab…………….……………………………………………………….5
c. Langkah-langkah untuk memenuhi nutrisi 1000 hari kehidupan pertama…………………….…………………………………………………………7
d. bagaimana cara menjaga nutrisi 1000 hari pertama kehidupan…………………8
e. Dampaknya jika tidak di penuhi nutrisi 1000 kehidupan……………………………………………………………………..10

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….11
3.2 Saran………………………………………………………………………11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin dalam kandungan. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR),lahir premature, sehingga bisa berdampak pada rendahnya status gizi pada bayi.
Bayi merupakan salah satu kelompok rawan gizi. Kekurangan gizi pada masa bayi dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, social, dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Selain itu kekurangan gizi dapat menyebabkan terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Badan kesehatan dunia WHO dan UNICEF menyatakan terjadinya gagal tumbuh akibat kurang gizi pada masa bayi mengakibatkan terjadinya penurunan IQ 11 point lebih rendah dibanding anak yang tidak kurang gizi.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan 1000 hari pertama kehidupan?
2. bagaimana dampaknya?
3. apa penyebabnya?
4. Bagaimana langkah-langkah pemenuhan nutrisi 1000 hari kehidupan?
5. Bagaimana cara menjaga nutrisi?
1.3 Manfaat dan Tujuan
1. untuk mengetahui apa itu 1000 hari kehidupan?
2. untuk mengetahui penyebabnya?
3. untuk mengetahui langkah-langkah pemenuhan nutrisi 1000 hari kehidupan?
4. untuk mengetahui apa dampaknya?
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menjaga nutrisi?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1,000 Hari Pertama Kehidupan ialah usia 0-24 bulan ( 1.000 hari pertama kehidupan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila pada masa ini bayi tidak memperoleh asupan makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food). Untuk mencapai target di atas, dilakukan sejumlah kegiatan yang bertumpu kepada perubahan perilaku dengan cara mewujudkan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Melalui penerapan perilaku keluarga sadar gizi, keluarga didorong untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan dan memberikan MP-ASI yang cukup dan bermutu kepada bayi dan anak usia 6-24 bulan. Bagi keluarga mampu, pemberian MP-ASI yang cukup dan bermutu relatif tidak bermasalah. Namun, pada keluarga miskin, pendapatan yang rendah menimbulkan keterbatasan pangan di rumah tangga yang berlanjut kepada rendahnya jumlah dan mutu MP-ASI yang diberikan kepada bayi.
4
B. Faktor penyebab
A. Kemiskinan
Kemiskinan dan rendahnya pendidikan dipandang sebagai akar penyebab kekurangan gizi. Oleh karena kedua masalah gizi tersebut terkait erat dengan masalah gizi dan kesehatan ibu hamil dan menyusui, bayi yang baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun (baduta). Apabila dihitung dari sejak hari pertama kehamilan, kelahiran bayi sampai anak usia 2 tahun, maka periode ini merupakan periode 1000 hari pertama kehidupan manusia. Periode ini telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan. Oleh karena itu periode ini disebut sebagai periode emas, periode kritis, dan window of opportunity.

B. Masalah Gizi
Indonesia merupakan negara yang cukup rawan terjadi bencana, dimana bayi dan ibu hamil termasuk korban bencana yang rentan terhadap masalah gizi. Masalah gizi yang biasa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta), bayi tidak mendapatkan air susu ibu karena terpisah dari ibunya, dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat yang sebelum bencana memang dalam kondisi bermasalah. Kondisi ini diperburuk dengan bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan, serta terbatasnya ketersediaan pangan lokal. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan baduta.
Anak usia 0-12 bulan merupakan kelompok yang rawan ketika harus mengalami situasi darurat, mengingat kelompok anak ini sangat rentan dengan perubahan konsumsi makanan dan kondisi lingkungan yang terjadi tiba-tiba.
Intervensi gizi terhadap bayi yang menjadi korban bencana dapat dilakukan dengan cara bayi tetap diberi ASI. Apabila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor. Apabila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu formula dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan.

5
C. Status Gizi Ibu Hamil
Sejumlah hal yang mempengaruhi status gizi ibu hamil, yaitu status sosial ekonomi, status kesehatan ibu, jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak pertama, paritas dan usia kehamilan pertama. Status gizi ibu menjadi lebih penting karena selain tingginya berbagai keadaan kurang gizi, persentase kehamilan pada usia muda cukup tinggi.
Kelompok umur 21-35 tahun merupakan umur ideal seorang ibu untuk menjalani proses kehamilan dan persalinan. Usia yang rentan terhadap kelainan kehamilan adalah usia remaja atau usia di atas 35 tahun. Kelahiran prematur pada umumnya terjadi pada ibu hamil usia remaja. Hal tersebut dapat terjadi karena kurang matangnya organ reproduksi, gizi buruk, kurang perawatan selama periode prakelahiran, atau karena kondisi ekonomi-sosial yang rendah.
Sedangkan pada ibu yang berusia di atas 35 tahun juga harus diwaspadai karena semakin bertambah umur maka akan mudah terjadinya kekurangan gizi yang akan berpengaruh terhadap berat badan selama kehamilan dan juga pada bayi yang akan dilahirkan. Pada usia ini juga kadang-kadang dapat menimbulkan down syndrome yaitu keterbelakangan mental.
Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi yang sangat diperlukan bagi janin untuk menjadi sehat. Jika tidak, maka dari awal kehidupan manusia akan bermasalah pada kehidupan selanjutnya. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat menentukan kualitas anak yang dilahirkan. Keadaan gizi ibu yang kurang baik sebelum hamil dan pada waktu hamil cenderung untuk melahirkan bayi dengan BBLR, bahkan kemungkinan bayi meninggal dunia. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan rendah berpotensi menjadi bayi dengan gizi kurang bahkan menjadi buruk. Gizi buruk pada bayi berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan atau IQ. Lebih jauh lagi dampak yang diakibatkan adalah meningkatnya kejadian kesakitan bahkan kematian.

6
C. Langkah-langkah yang dilakukan untuk memenuhi nutrisi 1000 hari pertama kehidupan
A. Pada masa pra kehamilan
a. Berusaha mencapai dan mempertahankan berat badan yang ideal.
b. Mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang.
c. Mengkonsumsi makanan sumber asam folat dan suplemen asam folat selama 3 bulan prakehamilan.
d. Olahraga teratur.
e. Menghindari rokok, kafein dan minuman beralkohol.

B. Pada masa kehamilan
Memenuhi asupan kalori yang cukup untuk mendukung peningkatan berat badannya dengan pola makan yang seimbang. Ibu hamil tidak dianjurkan untuk mencoba menurunkan berat badan atau menghindari peningkatan berat badan yang normal. Kalaupun berat badan meningkat terlampau cepat, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis dan tidak menanganinya sendiri.
Meningkatkan asupan zat besi. Pada ibu hamil kebutuhan zat besi meningkat sebesar 200-300% untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah. Untuk memenuhinya dapat diasup baik dari makanan maupun dari suplemen (karena kebutuhan sebesar ini sulit dicapai hanya dari asupan makanan saja). Sumber zat Besi contohnya daging, ayam, ikan, sayuran hijau, serealia tumbuk, kacang-kacangan, hati sapi.
7
Meningkatkan asupan asam folat. Asam folat ini berperan dalam pembentukan sistem saraf dan sel-sel. Jika asupannya kurang memadai dapat menimbulkan kelainan bawaan pada bayi seperti: anenchepaly (lahir tanpa batok kepala), spina bifida (tulang belakang tidak tersambung), anemia makrositik, dan lain-lain. Untuk memenuhinya dapat diasup baik dari sumber makanan dan suplemen. Sumber Asam folat contohnya sayuran hijau, daging tanpa lemak, biji-bijian, kacang tanah, jeruk.
Meningkatkan asupan Kalsium. Kalsium berperan dalam pembentukan gigi, tulang, hati, saraf dan otot pada bayi. Sumber utama Kalsium adalah susu dan olahannya seperti : whole milk, skimmed milk, yoghurt, keju, serta beberapa bahan makanan nabati dalam sayuran hijau tua.
Meningkatkan asupan Vitamin D. Vitamin D berperan dalam meningkatkan penyerapan Kalsium dalam tubuh, mengurangi resiko infeksi selama kehamilan, dan mengurangi gejala preeklampsia. Sumber vitamin D contohnya kuning telur, susu dan olahannya, mentega.
Memenuhi kebutuhan Yodium. Kekurangan Yodium selama hamil mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme yang selanjutnya dapat berkembang menjadi kretinisme di kemudian hari. Sumber Yodium contohnya makanan laut seperti ikan, udang, kerang. Menghindari rokok, kafein dan minuman beralkohol Cukup istirahat dan menjaga perasaan gembira Pada masa kehidupan pertama bayi
C. Setelah bayi lahir
Lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) segera setelah melahirkan serta upayakan bayi mendapatkan kolostrum (ASI yang pertama kali keluar dan berwarna jernih kekuningan).
Berikan hanya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama keidupan bayi. Setelah bayi berusia 6 bulan berikan MP-ASI (Makanan Pendamping ASI). Pada usia ini alat pencernaan bayi sudah lebih matang untuk mencerna makanan non-ASI. Bahan makanan yang digunakan untuk membuat MP-ASI ini hendaknya merupakan bahan makanan yang biasa dimakan dalam keluarga yang dibuat sesuai dengan kemampuan mengunyah dan menelan bayi. dalam pembuatannya sebaiknya hindari penambahan gula dan garam < 1 tahun.
8

MP-ASI yang ideal adalah yang mengandung: (1) makanan pokok (2) sayuran dan kacang-kacangan, (3) lauk nabati, (4) lauk hewani, (5) buah-buahan. Pada awal pengenalannya hendaknya bayi dikenalkan pada makanan tunggal agar ia mengenal rasa asli dari makanan tersebut dan untuk memudahkan evaluasi jika muncul gejala alergi, secara bertahap berikan secara majemuk dengan menyampurkan sejumlah bahan makanan
D. Menjaga nutrisi 1.000 hari pertama
Dengan berfokus pada periode seribu hari pertama kehidupan direkomendasikan bahwa perlu adanya:
• peningkatan kepatuhan terhadap pemberian makan bayi dan anak (terutama ASI Eksklusif 6 bulan), ASI adalah makanan terbaik untuk mendukung pertumbuhan karena menyediakan nutrisi pertumbuhan lengkap seimbang untuk mengejar pertumbuhan optimal si kecil;
• untuk pertumbuhan optimal si kecil dibutuhkan pemenuhan nutrisi esensial yaitu nutrisi untuk pertumbuhan fisik (karbohidrat, protein, lemak, multivitamin, dan multimineral) dan nutrisi untuk pertumbuhan otak;
• kualitas diet meliputi jumlah kelompok makanan, makanan sumber hewani dan makanan fortifikasi pada anak umur 6–11 bulan;
• peningkatan kualitas asupan makanan ibu hamil;
• peningkatan cakupan program gizi sesuai standar (kapsul vitamin A untuk balita, tablet Fe untuk ibu hamil);
• pemeriksaan ANC yang cukup dan tepat waktu;
• pemberian obat cacing pada balita dan perempuan hamil.
9
E. Dampaknya jika pada masa 1000 hari tersebut tidak diperhatikan
Menurut hipotesis barker:
Jika terjadi kekurangan gizi Pada janin dan anak 0-3 tahun
JANGKA PENDEK:
-Perkembangan otak terganggu
-Pertumbuhan otot dan organ organ tubuh terganggu
-Programing metabolisme glukosa,lemak,protein,hormonal dll yang terjadi di dalam sel tubuh akan terganggu
JANGKA PANJANG:
-kognitif dan kemampuan belajar terganggu.
-imunitas dan produktifitas kerja menurun.
-obesitas,diabetes,penyakit jantung, hipertensi, stroke, kanker.
bahkan dampak kekurangan gizi pada ibu hamil akan memberikan dampak buruk pada skor IQ buah hati. Ibu yang menderita kekurangan zat yodium selama kehamilan akan menghambat perkembangan otak dan janin dan mengakibatkan kehilangan 10 IQ poin. Kekurangan energi protein pada ibu hamil yang di sebabkan oleh kekurangan makanan bergizi dan infeksi akan menyebabkan gangguan fungsi kognitif dan perkembangan bayi juga akan mengalami kehilangan skor IQ sebesar 10 poin.
Dampak merugikan setiap hari yang terjadi menurut penelitian cornell university 2003 adalah:
-300 ibu meninggal ketika melahirkan karena kekurangan zat besi
-4.000 anak balita meninggal akibat kekurangan vitamin A
-50.000 bayi lahir dengan kapasitas perkembangan mental dan kecerdasan yang berkurang karena kurang yodium dan kurang zat besi. Jika hal itu terjadi maka generasi masa depan bangsa indonesia akan menjadi bangsa yang rapuh dan menjadi generasi yang tidak berkualitas.
10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi 1,000 Hari Pertama Kehidupan ialah usia 0-24 bulan ( 1.000 hari pertama kehidupan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila pada masa ini bayi tidak memperoleh asupan makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya, Faktor penyebabnya ada kemiskinan, masalah gizi, status gizi ibu hamil.Dampaknya jika 1000 hari pertama tidak di penuhi jangka pendek perkembangan otak tergangu, pertumbuhan otot dan organ tubuh tergangu, jangka panjang kognitif dan kemampuan belajar tergangu , bida obesitas, penyakit jantung, hipertensi, stroke dan kanker.

B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah kami belum sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah penulisan makalah yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arisma. 2008. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

12

rencana asuhan pada bayi usia 2-6 minggu

Rencana Asuhan Pada Bayi 2-6 Minggu

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Asuhan Pada Bayi usia 2-6 minggu. Serta tidak lupa pula kami ucapkan shalawat beriring salam kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh teknologi seperti yang kita rasakan saat ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak, untuk berbagai kepentingan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini, maka dari itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan penulisan makalah ini di masa yang akan datang.
Padang,13 oktober 2014
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .. 1
B. Rumusan Masalah .. 1
C. Maksud dan Tujuan .. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pemberian Minum 3
B. Menolong BAB (Buang Air Besar) 5
C. Menolong BAK (Buang Air Kecil) 6
D. Kebutuhan Istirahat/Tidur 6
E. Menjaga Kebersihan Kulit Bayi 7
F. Menjaga Keamanan Bayi 7
G. Mendeteksi Tanda-tanda Bahaya Pada Bayi 8
H. Penyuluhan SebelUM Bayi Pulang 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir mengalami beberapa perubahan sebagai bentuk adaptasi dari kehidupan intra uterin kekehidupan ekstra uterin. Perubahan – perubahan yang cepat dan kompleks itu dimulai dengan terpotongnya tali umbilikus, selain ada beberapa perubahan fisiologis pada bayi baru lahir kita juga harus mengetahui ciri –ciri umum bayi baru lahir normal. Untuk mengetahui ciri – ciri tersebut kita tentukan melakukan suatu pemeriksaan fisik terhadap bayi baru lahir .
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah pemeriksaan awal yang dilakukan terhadap bayi setelah berada di dunia luar yang bertujuan untuk mengetahui apakah bayi dalam keadaan normal dan memeriksa adanya penyimpangan/kelainan pada fisik, serta ada atau tidaknya refleks primiti. Pemeriksaan fisik dilakukan setelah kondisi bayi stabil, biasanya 6 jam setelah lahir.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang adekuat, sehingga tidak akan menimbulkan resiko yang dapat membahayakan bayi. Pada pemeriksaan ini yang paling penting adalah cara menjaga agar bayi tidak mengalami hipotermia dan trauma dari tindakan yang kita lakukan.
Jangan lupa untuk melakukan inform consent terlebih dahulu kepada ibu/orang tua bayi, apabila bayi telah dirawat gabungkan bersama ibunya, yang harus dilakukan terhadap bayi baru lahir pada saat melakukan suatu pengkajian, pemahaman dasar mengenai cara melakukan pengkajian pada bayi baru lahir adalah dengan menggunakan suatu pemeriksaan terhadap bayi dan menilai penampilan serta prilaku bayi, hal ini di karenakan kita tidak dapat menentukan keadaan bayi jika tidak dilakukan suatu pemeriksaan untuk merencanakan asuhan yang akan diberikan pada bayi, karena bayi belum bisa berkomunikasi seperti orang dewasa maka penampilan dan prilakunya lah yang akan kita nilai.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini antara lain :
– Apa peran bidan pada bayi 2-6 hari ?
– Apa saja kebutuhan bayi 2-6 hari ?
– Apa saja rencana asuhan yang akan diberikan bidan pada bayi 2-6 hari?

C. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui peran bidan pada bayi 2-6 hari
2. Mengetahui kebutuhan bayi 2-6 hari
3. Mengetahui rencana asuhan yang akan diberikan bidan pada bayi 2-6 hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemberian Minum
a. Konsep Dasar
Salah satu dan yang pokok minuman yang hanya boleh dikonsumsi oleh Bayi Baru Lahir dan diberikan secara cepat/dini adalah Air Susu Ibu (ASI), karena ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling sesuai kualitas dan kuantitasnya untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan bayi (On demand) atau sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), berikan ASI dari salah satu payudara sampai payudara benar-benar kosong, setelah itu kalau masih kurang baru diganti dengan payudara sebelahnya. Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan. Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambhan makanan lunak atau padat yang disebut MPASI (Makanan Pendamping ASI). Banyak sekali keuntungan yang diperoleh dari ASI. Tidak saja dalam keuntungan pertumbuhan dan perkembangan bayi, tapi juga hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi memberikan dukungan yang sangat besar terhadap terjadinya proses pembentukan emosi positif pada anak, dan berbagai keuntungan bagi ibu.
Rangsangan isapan bayi pada puting akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Dimana hormon inilah yang akan memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, apabila penghisapan puting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap menghasilkan 10-100 cc ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi ASI 700-800 cc ASI per hari (kisaran 600-1000 cc) untuk tumbuh kembang bayi. Produksi ASI mulai menurun (500-700 cc) setalah 6 bulan pertama dan menjadi 400-600 cc pada 6 bulan kedua. Produksi ASI akan menjadi 300-500 cc pada tahun kedua usia anak (JNPK-KR, 2007).

Adapun refleks laktasi yang terdapat pada bayi baru lahir diantaranya :
1) Refleks mencari puting (rooting), yaitu bayi menoleh ke arah sentuhan di pipinya atau didekat mulut, berusaha untuk menghisap
2) Refleks menghisap (suckling), yaitu areola puting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI
3) Refleks menelan (swallowing), dimana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung (JNPK-KR, 2007)
4) Keuntungan memberikan ASI diantaranya adalah adanya keterikatan emosional ibu dan bayi, sebagai kekebalan pasif (kolostrum) untuk bayi, dan merangsang kontraksi uterus.
Pada saat mulai pemberian ASI lakukan secara dini begit bayi lahir, tali pusat diikat dan di potong segera telungkupkan bayi di atas perut ibu skin to skin kemudian selimuti mereka berdua, biarkan bayi mencari puting susu ibunya, dan ibu membantu memegang tubuh bayi agar tidak jatuh, biarkan bayi di atas perut ibu minimal satu jam sampai berhasil menyusu pada ibu dan anjurkan ibu memeluk dan menyusui bayinya, sehingga dapat merangsang produksi ASI, memperkuat refleks menghisap bayi (refleks menghisap paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir) (JNPK-KR, 2007).
b. Pedoman menyusui ASI diantaranya adalah :
Inisiasi menyusu dini (IMD) atau Menyusui segera setelah lahir biarkan minimal satu jam di atas perut ibu. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif selama 6 bulan), kecuali ada alasan medis (sangat jarang atau tidak memiliki ASI). Berikan ASI sesuai dengan dorongan alamiah (kapanpun dimanapun) selama bayi menginginkan.
Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut bayi terbuka lebar, hidung mendekat atau kadang menyentuh payudara, mulut mencakup sebanyak mungkin areola bagian bawah, bibir bawah melengkung keluar, bayi menghisap dengan kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat. (JNPK-KR, 2007).

c. Perawatan payudara selama ibu menyusui
– Atur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan dan ubah posisi untuk mencegah luka pada payudara
– Mengeringkan payudara setelah menyusui
– Untuk mencegah lecet dan retak oleskan sedikit ASI ke puting (lecet dan retak pada puting susu tidak berbahaya)
– Keringkan dulu sebelum menggunakan pakaian
– Jika ibu mengalami mastitis/tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
– Tanda dan gejala bahaya dalam menyusi yaitu diantaranya adalah bintik/garis merah panas pada payudara, teraba gumpalan/bengkak pada payudara, demam (˃38˚c) (JNPK-KR, 2007).
Berkaitan dengan ASI, bidan memiliki tugas utama diantaranya sperti memberdayakan perawatan payudara, cara menyusui, merawat tali pusat dan memandikan bayi. Serta mengatasi masalah laktasi dan memantau keadaan ibu dan bayi. (JNPK-KR, 2007).
B. Menolong Buang Air Besar (BAB) Pada Bayi
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam. Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih awal akan cepat mengeluarkan tinja dari pada mereka yang diberi makan kemudian. Tinja dari bayi yang disusui ibunya berbeda dengan tinja yang diberi susu botol.
Tinja dari bayi yang disusui lebih lunak berwarna kuning emas dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit bayi. Adalah normal bagi bayi untuk defekasi setelah diberi makan atau defekasi 1x setiap 3 atau 4 hari. Walaupun demikian konsistensi tinja tetap lunak dan tidak berbentuk. Tinja dari bayi yang minum susu botol berbentuk, namun tetap lunak, berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja akan berkurang pada minggu kedua dari 5 atau 6x defekasi setiap hari (1x defekasi setiap kali diberi makan) menjadi 1 atau 2x sehari. Bayi mulai memiliki pola defekasi pada minggu kedua kehidupannya. Dengan tambahan makanan padat tinja bayi akan menyerupai tinja orang dewasa. Bayi biasanya dalam 3 hari pertama BAB, tinja masih dalam bentuk mekonium dan normalnya bayi BAB paling tidak 1x sehari.
Setiap kali bayi BAB, maka segera bersihkan daerah bokong bayi, agar tidak lecet dan mengganggu kenyamanan bayi, karena jika daerah bokong lembab dan kotor mudah mengalami lecet sehingga nantinya bayi akan rewel, untuk membersihkan daerah bokong, sebaiknya memakai air bersih hangat dan sabun, kemudian segera keringkan dengan handuk secara lembut. Ibu, keluarga atau bidan setelah menolong bayi BAB, segera cuci tangan di air mengalir dengan memakai sabun.

C. Menolong Buang Air Kecil (BAK)
Fungsi ginjal mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa belum terbentuk pada tahun kedua yang dimiliki oleh bayi. Biasanya sejumlah kecil urine terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir tapi BBL mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Berkemih sering terjadi setelah periode ini. Berkemih 6-10x dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup atau berkemih ˃8x pertanda ASI cukup. Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat, dan kering, maka setelah BAK harus diganti popoknya.
Sama seperti diatas, setiap kali bayi BAK, maka segera bersihkan daerah bokong bayi, agar tidak lecet dan mengganggu kenyamanan bayi, akan tetapi kalau hanya buang air kecil tidak perlu memakai sabun cukup dengan menggunakan kapas Desinfektan Tingkat Tinggi (DTT) yaitu kapas DTT yang dicerelup ke dalam air DTT (air direbus hingga mendidih setelah itu hitung 20 menit) karena jika daerah bokong lembab dan kotor mudah mengalami lecet sehingga nantinya bayi akan rewel, kemudian segera keringkan dengan handuk secara lembut. . Ibu, keluarga atau bidan setelah menolong bayi BAB, segera cuci tangan di air mengalir dengan memakai sabun.

D. Kebutuhan Istirahat/Tidur
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Neonatus sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat, pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Jumlah total tidur bayi akan berkurang seiring bertambahnya usia bayi, pola ini dapat terlihat pada tabel berikut :

USIA LAMA TIDUR
1 minggu 16,5 jam
1 tahun 14 jam
2 tahun 13 jam
5 tahun 11 jam
9 tahun 10 jam
E. Menjaga Kebersihan Kulit Bayi
Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya 6 jam setelah lahir. Sebelum dimandikan periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila 36,5-37,5˚C). Jika suhu tubuh bayi masih di bawah batas normal maka selimuti tubuh bayi dengan longgar, tutupi bagian kepala, tempatkan bersama dengan ibunya (skin to skin), tunda memandikan bayi sampai suhu tubuhnya stabil dalam waktu 1 jam. Tunda juga untuk memandikan bayi jika mengalami gangguan pernapasan.
Ruangan untuk memandikan bayi harus hangat dan tidak ada tiupan angin. Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat. Setelah bayi dimandikan, segera keringkan dan selimuti kembali bayi, kemudian berikan kepada ibunya untuk disusui dengan ASI.Memandikan harian pada bayi dilakukan harus di ruangan yang hangat, bebas dari hembusan angin langsung dan tergantung kondisi udara. Jangan memandikan bayi langsung saat bayi baru bangun tidur, karena sebelum adanya aktivitas dan pembakaran energi di khawatirkan terjadi hipotermi dan bayi masoh kedinginan. Prinsip memandikan bayi adalah cepat dan hati-hati, pada saat memandikan usahakan membasahi bagian-bagian tubuh tidak langsung sekaligus :
1) Bagian kepala : lap muka bayi dengan waslap lembut, tidak usah memakai sabun, kemudian lap dengan handuk , lalu basahi kepala bayi dengan air kemudian pakailah sampo kalau rambut kotor, kemudian dibilas lalu keringkan dengan handuk.
2) Bagian tubuh : buka pembungkus bayi, pakaian dan popok, kalau bayi BAB, bersihkan terlebih dahulu, kemudian lap tubuh bayi dengan cepat dan keringkan memakai waslap yang telah diberi air dan sabun mulai dari leher, dada, perut, punggung, kaki dengan cepat, kemudian angkat tubuh bayi dan celupkan ke bak mandi yang telah diisi air dengan hangat ±37˚C.
3) Angkat tubuh bayi lalu keringkan dengan handuk, pakaikan minyak, keringkan dengan handuk. Pakaikan minyak telon pada dada, pelon pada dada, perut dan punggung janganpakaikan bedak, lalu pakaikan baju, kemudian bayi di bungkus agar hangat dan dekapkan ke tubuh ibu.

F. Menjaga Keamanan Bayi
Jangan sesekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak. Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur.

G. Mendeteksi Tanda-Tanda Bahaya Pada Bayi
Jika menemukan kondisi ini, harus segera dilakukan pertolongan dan orang tua harus mengetahuinya seperti :
a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60x permenit
b. Terlalu hangat (˃38˚C) atau terlalu dingin (˂36˚C)
c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar
d. Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk berlebihan
e. Tali pusat merah, bengkak, berbau busuk, keluar cairan, berdarah
f. Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan, pernapasan sulit
g. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/cair, sering berwarna hijau tua, ada lendir atau darah
h. Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus.

H. Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang
a. Perawatan tali pusat
Banyak pendapat tentang cara terbaik untuk meraawat tali pusat. Telah dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membandingkan cara penanganan tidak ada peningkatan kejadian infeksi luka pada luka tali pusat bila dibiarkan terbuka dan tidak melakukan apapun selain membersihkan luka tersebut dengan air bersih. Untuk diwaspadai bagi negara-negara yang beriklim tropis, penggunaan alkohol yang populer dan terbukti efektif di daerah panas alkohol mudah menguap dan terjadi penurunan efektifitasnya.
Bedak antiseptik juga dapat kehilangan efektifitasnya terutama dalam suasana kelembaban tinggi (bila tidak dijaga). Sehingga penggunaan bahan tersebut dapat mengakibatkan peningkatan infeksi, kecuali bila obat tersebut dapat dijaga tetap kering dan dingin. Karena tidak ada bukti kuat dari penggunaan alkohol tersebut mahal serta sulit untuk mendapat bahan yang berkualitas. Untuk sementara agar ibu nifas membiarkan luka tali pusat mengering sendiri. Hasil penelitian tersebut diatas menunjukkan bahwa dengan membiarkan tali pusat mengering, tidak di tutup dan hanya dibersihkan setiap hari menggunakan air bersih, merupakan cara paling cost effective untuk perawatan tali pusat.
Bidan hendaknya menasehati ibu agar tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat karena dapat mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kelembaban (akibat penyerapan oleh bahan tersebut) badan bayi sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi tumbuhnya bakteri. Penting untuk dinasehatkan kepada ibu, agar tidak membubuhkan apapun dan hendaknya tali pusat dibiarkan membuka agar tetap kering. Setiap kali selesai memandikan, tali pusat di lap kering dan biarkan terbuka, jika tali pusat terkena kotoran bayi dibersihkan segera dengan air bersih dan sabun kemudian keringkan.
b. Pemberian ASI
Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin inilah yang memacu payudara untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi menghisap puting susu akan semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan. Pada hari-hari pertama kelahiran bay, apabila penghisapan puting susu cukup adekuat maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700-800 ml ASI per hari (kisaran 600-1000 ml untuk tumbuh kembang bayi). Produksi ASI mulai menurun (500-700 ml) setelah 6 bulan kedua usia bayi. Produksi ASI akan meningkat menjadi 300-500 pada tahun kedua usia anak.
c. Refleks Laktasi
Dimasa laktasi, terdapat 2 mekanisme refleks pada ibu yaitu refleks prolaktin dan refleks oksitosin berperan dalam produksi ASI dan involusi uterus (khususnya pada masa nifas).
Pada bayi, terdapat 3 jenis refleks, yaitu :
1) Refleks mencari puting susu (rooting refleks)
Bayi akan menoleh ke arah dimana terjadi sentuhan pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang disentuhkan tersebut.
2) Refleks menghisap (suckling refleks) :
Rangsangan puting suus pada langit-langit bayi menimbulkan refleks menghisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi sehingga sinus laktifus dibawah areola dan ASI terpancar keluar.
3) Refleks menelan (swallowing refleks) :
Kumpulan ASI didalam mulut bayi mendesak otot-otot di daerah mulut dan fraing untuk mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI kedalam lambung bayi. Keuntungan memberikan ASI :
– Mempromosikan keterikatan emosional ibu dan bayi
– Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum
– Merangsang kontraksi uterus

d. Memulai pemberian ASI
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan mencoba segera menyusukan bayi setelah tali pusat diklem dan dipotong. Beritahu bahwa penolong akan selalu membantu ibu untuk menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan memastikan ibu dalam kondisi baik (termasuk menjahit laserasi). Keluarga dapat membantu ibu untuk memulai pemberian ASI lebih awal.
1) Memulai pemberian ASI secara dini akan :
– Merangsang produksi susu
– Memperkuat refleks menghisap bayi
– Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam peratam setelah lahir
2) Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang manfaat kontak langsung ibu-bayi dan anjurkan untuk menyusukan bayinya sesering mungkin untuk merangsang produksi ASI sehingga mencukupi kebutuhan bayi itu sendiri (Enkin, et al, 2000). Yakkinkan ibu dan keluarganya bahwa kolostrum (susu beberapa hari pertama kelahiran) adalah zat bergizi dan mengandung semua unsur yang diperlukan bayi. Minta ibu utnuk memberi ASI sesuai dengan keinginan atau dorongan naluriah bayinya. Pada saat bayi melepaskan puting susu yang satu, minta ibu untuk memberikan puting susu yang lainnya. Jelaskan pada ibu bahwa membatasi lama bayi ibu menyusu akan mengurangu jumlah nutrisi yang diterima bayi dan menurunkan produksi susunya. Anjurkan ibu untuk bertanya mengenai pemberian ASI dan kemudian beri jawaban lengkap dan jelas. Pesankan untuk mencari pertolongan bila ada masalah dengan pemberian ASI.

e. Posisi menyusui
Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI dan mencegah lecet puting susu. Pastikan ibu memeluk bayinya dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama jika ibu pertama kali menyusui atau ibu bersuai sangat muda. Ibu berpengalaman sekalipun tetap memerlukan bantuan untuk mulai menyusukan bayi barunya.
Posisi menyusui yang baik hendaknya ibu melakukan hal antara lain :
1) Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada pada satu garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi didepan puting susu ibu. Posisi bayi harus sedemikian rupa sehungga perut bayi menghadap ke perut ibu.
2) Ibu mendekatkan bayinya ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi siap menyusu, bergerak mencari, dan menoleh.
3) Ibu menyentuhkan puting suusnya ke bibir bayi, menunggu hingga mulut bayi ternbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu sehingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut.
4) Tanda-tanda posisi bayi menyusu dengan baik :
– Dagu menyentuh payudara ibu
– Mulut terbuka lebar
– Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu
– Mulut bayi mencakup sebanyak munbkin areola (tidak hanya puting susu saja)
– Lingkar areola atas terlihat lebih banyak dibandingkan lingkar areola bawah
– Lidah bayi menopang puting dan areola bagian bawah
– Bibir bayi melengkung keluar
– Bayi mebghisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-kadang disertai dengan berhenti sesaat.
5) Posisi menyusui yang diuraikan di atas adalah posisi dimana ibu telah memiliki kemampuan untuk duduk dan melakukan mobilisasi secukupnya. Masih ada beberapa posisi alternatif yang disesuaikan dengan kemampuan ibu setelah melahirkan anaknya, misalnya posisi berbaring terlenmtang, miring kiri atau miring kanan, dsb. Posisi ibu berbaring telentang dan setengah duduk mungkin lebih sesuai untuk pemberian ASI dini.

f. Jaga kehangatan bayi
Berikan bayi kepadaa ibunya secepat mungkin. Kontak antara ibu dengan kulit bayi sangat penting untuk kehangatan mempertahankan panas tubuh bayi. Gantilah handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan kepala bayi telah terlindungi dengan baik untuk mencegah kehilangan panas. Apabila suhu bayi ˃36,5˚, segera hangatkan bayi dengan teknik metode kangguru. Perawatan metode kangguru adalah perawtan untuk bayi prematur dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu. Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan bayi yang baru lahir prematur maupun yang aterm. Kehangatan tubuh ibu merupakan sumber efektif. Hal ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi.
Prinsip ini dikenal sebagai skin to skin contact atau meyode kangguru. Perawatan dengan metode kangguru merupakan cara efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, ASI, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang.Bayi baru lahir daoat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan dan di selimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran uadara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi.Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

g. Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :
1) Keringkan bayi dengan seksama : pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengringkan dengan cara menyeka tubuh bayi juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasnnya.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat : segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang basah diganti dengan selimut atau akain yang baru (hangat, bersih, dan kering).
3) Selimuti bagian kepala bayi : pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya : pelukan ibu pada tubuh bayi sapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu 1 jam pertama kelahiran.
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir : karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering.berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
6) Praktik memandikan bayi yang dianjurkan : tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir, sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermia). Sebelum memandikan bayi periksa bahwa suhu tubuh bayi stabil (suhu aksila 36,5˚-37,5˚C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5 selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepalanya dan tempatkan bersama ibunya ditempat tidur atau lakukan persentuhan kulit ibu-bayi dan selimuti keduanya.
7) Tunda memandikan bayi bila suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) 1 jam : tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami maslah pernapasan. Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan. Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat. Segera keringkan bayi denagn menggunakan handuk bersih dan kering. Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik. Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik. Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya.

h. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya bayi ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
i. Tanda-tanda bahaya
Jika timbul tanda-tanda bahaya, ajarkan ibu untuk melakukan : berikan pertolongan pertama sesuai kemampuan ibu dan sesuai kebutuhan sampai bayi memperoleh perawatan medis lanjutan. Bawa bayi ke RS atau klinik terdekat untuk perawatan tindakan segera.
j. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara memproduksi imunitas aktif buatan untuk melindungi diri melawan penyakit tertentu dengan memasukkan suatu zat ke dalam tubuh melalui penyuntikan atau secara oral.

k. Perawatan harian/rutin
Pencegahan infeksi dan kecelakaan
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan yang diberikan pada bayi 6 minggu pertama harus dilakukan secara benar dan tepat agar bayi merasa nyaman dan tidak terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Asuhan yang diberikan antara lain :
1. Dalam Pemberian ASI
2. Pengukuran BB
3. Kontrol Suhu
4. Perawatan Tali Pusat
5. Memandikan Bayi
6. Penyuluhan Sebelum pada Orang Tua
7. Mempromosikan vaksinasi

MAKALAH DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim
Puji syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Epidemiologi”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Upaya serta usaha telah kami berikan untuk makalah ini, namun kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan waktu dan keadaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
Atas bantuan dan bimbingan yang kami peroleh dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermafaat bagi pembacanya.
Padang, Maret 2015

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI
2.1. Pengertian Epidemiologi
2.2. Konsep Epidemiologi
2.3. Macam – macam Epidemiologi
2.4. Tujuan dan Penerapan
2.4.1. Tujuan Epidemiologi
2.4.2. Penerapan Epidemiologi
2.5. Peran Epidemiologi Dalam Kesehatan
2.6. Ruang Lingkup
2.7. Riwayat Penyakit Alamiah
2.8. Upaya pencegahan dan Ukuran frekuensi penyakit
2.9. Penelitian dan Variabel
2.10.Pengukuran Epidemiologi
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epidemiologi berasal dari perkataan Yunani, dimana epi- yang berarti ”permukaan, diatas, menimpa, atau tentang”, demos yang berarti ”orang, populasi, penduduk, manusia ” serta ologi berarti “ilmu tentang”. Secara etimologis, epidemiologi berarti ilmu mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Epidemiologi lahir berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama, penyakit pada populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak. Kedua, penyakit pada manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor preventif yang dapat diidentifikasi melalui penelitian sistematik pada berbagai populasi, tempat, dan waktu. Berdasarkan asumsi tersebut, epidemiologi dapat didefinisikan sebagai ” ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan – determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia.
Definisi tersebut mengisyaratkan bahwa epidemiologi pada dasarnya merupakan ilmu empirik kuantitatif, yang banyak melibatkan pengamatan dan pengukuran yang sistematik tentang frekuensi penyakit dan sejumlah faktor-faktor yang dipelajari hubungannya dengan penyakit. Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit, mengurangi dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia. Sasaran epidemiologi adalah populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri ini yang membedakan epidemiologi dari ilmu kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik, yang lebih memusatkan perhatiannya kepada individu, jaringan, atau organ.
Epidemiologi berguna untuk mengkaji dan menjelaskan dampak dari tindakan pengendalian kesehatan masyarakat, program pencegahan, intervensi klinis dan pelayanan kesehatan terhadap penyakit atau mengkaji dan menjelaskan faktor lain yang berdampak pada status kesehatan penduduk. Epidemiologi penyakit juga daapt menyertakan deskripsi keberadaannya di dalam populasi dan faktor – faktor yang mengendalikan ada atau tidaknya penyakit tersebut.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui defenisi,konsep,macam,tujuan dan penerapan, peranan, ruang
lingkup,pengukuran epidemiologi.
b. Untuk mengetahui riwayat penyakit alamiah dan upaya pencegahannya.

BAB II
PEMBAHASAN
DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI
2.1 PENGERTIAN
Epidemiologi adalah suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun penanggulangannya. Epidemiologi merupakan disiplin ilmu-ilmu kesehatan termasuk kedokteran, yakni suatu proses yang logis antara proses fisik, biologis dan fenomena social yang berhubungan erat dengan derajat kesehatan, kejadian penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya.
Metode epidemiologi merupakan cara pendekatan ilmiah dalam mencari factor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya peristiwa tertentu pada suatu kelompok penduduk tertentu. Dalam hal ini istilah penduduk dapat berarti sekelompok objek tertentu baik yang bersifat organisme hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan maupun yang bersifat benda/ material hasil produk industri serta benda lainnya. Dengan demikian tidaklah mengherankan bila metode epidemiologi tidak terbatas pada bidang kesehatan saja tetapi pada bidang lainnya termasuk bidang manajemen. Oleh sebab itu dalam penggunaannya, epidemiologi sangat erat hubungannya dengan berbagai disiplin ilm diluar kesehatan, baik disiplin ilmu eksata maupun ilmu social. Epidemilogi merupakan ilmu yang kompleks dan senantiasa berkembang. Oleh karena itu, tidak mudah untuk menentukan suatu batasan yang baku. Hal ini tmpak dengan berbagai batasan yang dinyatakan oleh para ahli epidemiologi sebagai berikut:
1. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit dan determinan yang mempengaruhi frekuensi penyakit pada kelompok manusia (Mac Mahon, B & Pugh, T.F., 1970)
2. Epidemilogi adalah suatu studi tentang factor yang menentukan frekuensi dan distribusi penyakit pada populasi manusia (Lowe C.R& Koestrzewski. J, 1973)
3. Epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit dan ruda paksa pada populasi manusia (Mausner J. S & Bahn, 1974)
4. Epidemiologi adalah ilmu yng mempelajri distribusi penyakit atau keadaan fisiologis pada penduduk dan determinan yang mempengaruhi distribusi tersebut (Lilienfeld A.M & D. E Lilienfeld, 1980)
5. Epidemiologi ialah suatu studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada populasi manusia (Barker, D. J.P, 1982)
Dari batasan tersebut terdapat persaman yaitu semua menyatakan epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari distribusi frekuensi penyakit beserta determinannya, hanya terdapat dua perbedaan yaitu tambahan fenomena fisiologis (Lilienfeld & Lilienfeld) dan ruda paksa (Mausner & Bhan). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa epidemiologi ialah ilmu yang mempelajari penyakit, ruda paksa, dan fenomena fisiologis tentang frekuensi distribusi dan determinannya pada kelompok manusia.
Pengertian epidemiologi ditinjau dari berbagai aspek adalah:
a. Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisis dta kesehatan, social ekonomi, dan kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi dan interpretasi perubahan-perubahan keadaan kesehatan yang terjadi atau akan terjdi dimasyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu.
b. Aspek Klinis
Epidemiologi berarti suatu usaha untuk mendeteksi secara dini perubahan insidensi atau prevalensi melalui penemuan klinis atau laboratories pada awal kejadian luar biasa atau timbulnya penyakit baru seperti, karsinoma vagina pada gadis remaja atau AIDS yang awalnya ditemukan secara klinisi.
c. Aspek Praktis
Epidemiologi dari aspek praktis adalah ilmu yang ditujukan pada upaya pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok atau masyarakat umum.
Dalam hal ini, penyebab penyakit tidak harus diketahui secara pasti, tetapi diutamakan pada cara penularan, infetivitas, menghindarkan agen yang diduga sebagai penyebab, toksin atau lingkungan dan membentuk kekebalan untuk menjamin kesehatan manusia.
Misalnya:
a) Ditemukannya efek samping obat iodokloroquinolin yang serius diJepang, walaupun saat itu mekanismenya belum diketahui dengan jelas dan di Indonesi belum ditemukan adanya efek samping tersebut, tetapi pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah melarang beredarnya obat tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran efek samping obat tersebut masuk ke Indonesia

b) Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), walaupun cara perlindungan dan pengobatan belum diketahui, tetapi telah dilakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, misalnya harus ada keterangan bebas AIDS untuk dapat masuk suatu Negara, screening pada donor darah, pengawasan terhadap homoseks, dan lain-lain.
2.2 KONSEP EPIDEMIOLOGI
Konsep-konsep epidemiologi yang masih berlaku saat ini adalah antara lain:
a) Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
b) Penggunaan data kuantitatif dan statistic
c) Penularan penyakit
d) Eksprimen pada manusia
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya 3 elemen, yakni :
a) Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit non infeksi.seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
b.) Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
c.) Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
2.3 MACAM-MACAM EPIDEMIOLOGI
1) Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi yang hanya menggambarkan besarnya masalah kesehatan yg terjadi di masyarakat. Besarnya masalah kesehatan digambarkan dalam 3 variabel epidemiologi yaitu orang (person), tempat (place) dan waktu (time).Cara menggambarkan masalah kesehatan dapat dalam bentuk: narasi, tabel, grafik atau gambar/peta.
2) Epidemiologi Analitik
Epidemiologi yang selain menggambarkan besarnya masalah kesehatan, juga mencari faktor yang menyebabkan masalah kesehatan tersebut di masyarakat. Epidemiologi analitik selain menggambarkan besarnya masalah dengan 3 variabel epidemiologi juga mencari faktor penyebab masalah kesehatan tsb.Cara mencari faktor penyebab dengan melakukan penelitian
2.4 TUJUAN DAN PENERAPAN EPIDEMIOLOGI
2.4.1 Tujuan Epidemiologi
Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang penyebab penyakit, misalnya:
1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat keracunan makanan dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang tercemar dan menemukan penyebabnya.
2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara karsinoma paru-paru dengan asbes.
3. Menetukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaabn hewan konsisten dengan data epidemiologis. Misalnya, percobaan tentang terjadinya karsinoma kandung kemih pada hewan yang diolesi tir. Untuk mengetahui apakah hasil percobaan hewan konsisten dengan kenyataan pada manusia, dilakukan analisis terhadap semua penderita karsinoma kandung kemih lebih banyak terpajan oleh rokok dibandingkan dengan bukan penderita.
4. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, penanggulangan masalah kesehatan, serta menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat; misalnya:

a. Data frekuensi distribusi berbagai penyakit yang terdapat dimasyarakat dapat digunakan untuk
menyusun rencana kebutuhan pelayanan kesehatan disuatu wilayah dan menentukan prioritas masalah.
b. Bila dari hasil penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insidensi tetanus neonatorum disuatu wilayah cukup tinggi maka data tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi yang efektif dan efisien dalam menggulangi masalah tersebut, misalnya dengan mengirirm petugas lapangan untuk memberikan penyuluhan pada ibu-ibu serta mengadakan imunisasi pada ibu hamil.
2.4.2 Penerapan Epidemiologi
1. Pengamatan Epidemiologi (surveilance epidemiologi) adalah pengamatan akan tanda-tanda munculnya wabah penyakit di masyarakat.
2. Kegiatan surveilance dilakukan dengan pengumpulan data, kemudian mencatat dan menganalisa akan munculnya kejadian-kejadian penyakit.
3. Penelitian Epidemiologi: bersifat lebih mendalam dan mengadakan analisis serta kesimpulan.
4. Penelitian bertujuan mencari faktor penyebab penyakit atau membuktikan hipotesa yang telah dibuat berdasarkan kajian masalah yang telah terjadi.
2.5 PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM KESEHATAN
Dalam bidang kesehatan msyarkat, epidemiologi mempenyai tiga fungsi utama:
1. Menerangkn tentang besarnya masalah dan ganggun kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
2. Menyiapkan data/ informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan rogram, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai factor yang menjadi penyebab masalah atau factor yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut, para ahli epidemiologi lebih memusatkan perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu seperti sifat karakteristik biologis, sosio ekonomis, demografis, kebiasaan individu serta sifat genetic. Pada berbagai sifat karakteristik tersebut, akan memberi gambaran tentang sifat permasalahan yang ada dalam masyarakat serta kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.6 RUANG LINGKUP
Dari pengertian epidemiologi dan metode epidemiologi, maka bentuk kegiatan epidemiologi meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik yang berhubungan dengan bidang kesehatan maupun diluar bidang kesehatan. Berbagai bentuk dan jenis kegiatan dalam epidemiologi saling berhubungan satu dengan lainny sehingga tidak jarang dijumpai bentuk kegiatan yang tumpang tindih. Bentuk kegiatan epidemiologi dasar yang paling sering digunakan adalah bentuk epidemiologi deskriptif yakni bentuk kegiatan epidemiologii yang memberikan gambaran atau keterangan tentang keadaan serta sifat penyebaran status kesehatan dan gangguan kesehatan maupun penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu (terutama menurut sifat karakteristik orang, waktu, dan tempat)
Bentuk kegiatan epidemiologi ang erat hubungannya dengan deskriptif epidemiologi adalah dalam menilai derajat kesehatan dan besar kecilnya masalah kesehatan yang ada dalam suatu masyarakat tertentu. Bentuk kegiatan ini erat hubungannya dengan penyusunan perencanaan kesehatan masyarakat serta penilaian hasil kegiatan usaha pelayanan kesehatan pada penduduk tertentu.
Dewasa ini penelitian epidemiologi pada dasarnya dapat dibagi dlam dua bentuk dasar yakni penelitian observasi atau pengamatan terhadap kejadian alami dalam masyarakat untuk mencari hubungan sebab akibat terjadinya gangguan keadaan normal dalam masyarakat tersebut, serta penelitian eksperimental yang merupakan penelitian yang didasarkan pada perlakuan tertentu terhadap objek untuk dpat memperoleh jawaban tentang pengaruh perlakuan tersebut terhadap objek yang diteliti. Dalam hal ini, populasi sasaran dientukan secara cermat serta setiap perubahan yang timbul merupakan akibat dari perlakuan khusus oleh pihak peneliti. Dalam perkembangan selanjutnya maka prinsip epidemiologi yang meliputi epidemiologi deskriptif maupun penelitian epidemiologi dikembangkan lebih luas sebagai suatu system pendekatan didalam berbagai kehidupan kemasyarakatan
Adapun ruang lingkup epidemiologi seperti disebutkan diatas termasuk barbagai masalah yang timbul dalam masyarakat, baik yang berhubungan erat dengan bidang kesehatan maupun dengan berbagai kehidupan social, telah mendorong perkembangan epidemiologi dalam berbagai bidang:

1. Epidemiologi penyakit menular
Bentuk ini yang telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan penanggulangan penyakit menular tertentu. Berhasilnya manusia mengatasi berbagai gangguan penyakit menular dewasa ini merupakan salah satu hasil yang gemilang dari epidemiologi. Peranan epidemiologi surveilans pada mulanya hanya ditujukan pada pengamatan penyakit menular secara seksama, ternyata telah memberikan hasil yang cukup berarti dalam menangulangi berbagai masalah penyakit menular dan juga penyakit tidak menular.
2. Epidemiologi penyakit tidak menular
Pada saat ini sedang berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai factor yang memegang peranan dalam timbulnya berbagai masalah penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit sistemik serta berbagai penyakit menahun lainnya, termasuk masalah meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan penyalahgunaan obat-obatan tertentu. Bidang ini banyak digunakan terutama dengan meningkatnya masalah kesehatan yang bertalian erat dengan berbagai gangguan kesehatan akibat kemajuan dalam berbagai bidang industri yang banyak mempengaruhi keadaan lingkungan, termasuk lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan social budaya.
3. Epidemiologi klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi/ dokter tentang cara pendekatan masalah melalui disilin ilmu epidemiologi. Dalam penggunaan epidemiologi klinik sehari-hari, para petugas medis terutama para dokter sering menggunakan prinsip=prinsip epidemiologi dalam menangani kasus secara individual. Mereka lebih berorientasi pada penyebab dan cara mengatasinya terhadap kasus secara individu dan biasanya tidak tertarik unutk mengetahui serta menganalisis sumber penyakit, cara penularan dan sifat penyebarannya dalam masyarakat. Berbagai hasil yang diperoleh dari para klinisi tersebut, merupakan data informasi yng sanat berguna dalam analisis epidemiologi tetapi harus pula diingat bahwa epidemiologi bukanlah terbatas pada data dan informasi saja tetapi merupakan suatu disiplin ilmu yang memeliki metode pendekatan serta penerapannya secara khusus
4. Epidemiologi kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiolgi yang menggunakan system pendekatan epidemiolgi dalam menganalisi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta factor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografis yang terjadi didalam masyarakat.
Sistem pendekatan epidemiologi kependudukan tidak hanya memberikan analisis tentang sifat karakteristik penduduk secara demografis dalam hubungannya dengan masalah kesehatan dan penyakit dalam masyarakat tetapi juga sangat berperan dalam berbagai aspek kependudukan serta keluarga berencana. Pelayanan melalui jasa, yang erat hubungannya dengan masyarakat seperti pendidikan, kesejahteraan rakyat, kesempatan kepegawaian, sangat berkaitan dengan keadaan serta sifat populasi yang dilayani. Dalam hal ini peranan epidemiologi kependudukan sangat penting untuk digunakan sebagai dasar dalam/ mengambil kebijakn dan dalam menyusun perencanaan yang baik. Juga sedang dikembangkan epidemiologi system reproduksi yang erat kaitannya dengan gerakan keluarga berencana kependudukan.
5. Epidemiologi pengolahan pelayanan kesehatan
Bentuk ini merupakan salah satu system pendekatan manajemen dalam menganalis masalah, mencari factor penyebab timbulnya suatu maslah serta penyusunan pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu. Sisem pendekatan epidemiologi dalam perencanaan kesehatan cukup banyak digunakan oleh para perencana kesehatan baik dalam bentuk analisis situasi, penetuan prioritas maupun dalam bentuk penilaian hasil suatu kegiatan kesehatan yang bersifat umum maupun dengan sasaran khusus.
6. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemioloi yang mempelajari serta mnganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkubngan kerja, baik yang bersifat fisik kimiawo biologis maupun social budaya, serta kebiasaan hidup para pekerja. Bentuk ini sangat berguna dalam analisis tingkat kesehatan ekerja serta untuk menilai keadaan dan lingkungan kerja serta penyakit akibat kerja.
7. Epidemiologi kesehatan jiwa
Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat, baik mengenai keadan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai factor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat. Dengan meningkatnya berbagai keluhan anggota masyarakat ang lebih banyak mengarh ke masalah kejiwaan disertai dengan perubahan social masyarakat menuntut suatu car pendekatan melalui epidemilogi social masyarakat menuntu suatu cara pendekatan melalui epidemiologi social yang berkaitan dengan epidemiologi kesehatan jiwa, mengingat bahwa dewasa ini gangguan kesehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah kesehaan individu saja, tetau telah merupakan masalah social masyarakat.
8. Epidemiologi gizi
Dewasa ini banyak digunakan dalm analisis masalah gizi masyarakat dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai factor yang menyangkut pola hidup masyarakat. Pendekatan masalah gizi masyarakat melaui epidemiologi gizi bertujuan untuk menganalisis berbagai factor yang berhubungan erat dengan timbulnya masalah gizi masyarakat, baik yang bersifat biologis, dan terutama yang berkaitan dengan kehidupan social masyarakat. Penanggulangan maslah gizi masyarakat yang disertai dengan surveilans gizi lebih mengarah kepad penanggulangan berbagai faktor yang berkaitan erat dengan timbulnya masalah tersebut dalam masyarakat dan tidak hanya terbatas pada sasaran individu atau lingkungan kerja saja.
2.7 RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
Riwayat alamiah suatu penyakit dapat digolongkan dalam 5 tahap :
a. Pre Patogenesis
Tahap ini telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.
b. Tahap inkubasi (sudah masuk Patogenesis)
Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda. Kolera 1-2 hari, yang bersifat menahun misalnya kanker paru, AIDS dll.
c. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-gejala penyakit. pada tahap ini penjamu sudah jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit segera diobati mungkin bisa sembuh tetapi jika tidak bisa bertambah parah. Hal ini terganting daya tahan tubuh manusia itu sendiri, seperti memperbaiki pola makan, istirahat dan perawatan yang baik di rumah (self care).

d. Tahap penyakit lanjut
Bila penyakit penjamu bertambah parah, karena tidak diobati atau pengobatan yang tidak teratur atau tidak memperhatikan anjuran-anjuran yang diberikan pada penyakit sejak dini, maka penyakit masuk pada tahap lanjut. Penjamu terlihat tak berdaya dan tak sanggup lagi melakukan aktifitas. Tahap ini penjamu memerlukan perawatan dan pengobatan yang intensif.
e. Tahap penyakit akhir
Tahap akhir dibagi menjadi 5 keadaan :
1. Sembuh sempurna (bentuk dan fungsi tubuh penjamu kembali berfungsi seperti keadaan sebelumnya atau bebas dari penyakit)
2. Sembuh tapi cacat , penyakit penjamu berakhir atau bebas dari penyakit, tapi kesembuhannya tak sempurna, karena terjadi cacat (fisik, mental maupun sosial) dan sangat tergantung dari serangan penyakit terhadap organ-organ tubuh penjamu.
3. Karier , pada karier perjalanan penyakit seolah terhenti karena gejala penyakit tak tampak lagi, tetapi dalam tubuh penjamu masih terdapat bibit penyakit yang pada suatu saat bila daya tahan tubuh penjamu menurun akan dapat kambuh kembali. Keadaan ini tak hanya membahayakan penjamu sendiri, tapi dapat berbahaya terhadap orang lain atau masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan penyakit (human reservoir).
4. Kronis , pada tahap ini perjalanan penyakit tampak terhenti, tapi gejala-gejala penyakit tidak berubah. Dengan kata lain tidak bertambah berat maupun ringan. Keadaan ini penjamu masih tetap berada dalam keadaan sakit.
5. Meninggal , Apabila keadaan penyakit bertambah parah dan tak dapat diobati lagi, sehingga berhentinya perjalanan penyakit karena penjamu meninggal dunia. Keadaan ini bukanlah keadaan yang diinginkan.
2.8 UPAYA PENCEGAHAN DAN UKURAN FREKUENSI PENYAKIT
Dalam kesehatan masyarakat ada 5 tingkat pencegahan penyakit menurut Leavell and Clark. Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point 3,4,5 dilakukan pada masa sakit.
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
• Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
• Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
• Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan menengah ke atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.
• Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
• Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
• Nasihat perkawinan dan pendidikan seks yang bertanggung jawab.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu
• Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit.
• Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung.
• Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja.
• Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan racun maupun alergi.
• Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
• Mencari kasus sedini mungkin.
• Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya pemeriksaan darah, rontgent paru.
• Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera diberikan pengobatan.
• Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
• Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
• Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi komplikasi.
• Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
• Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
• Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan masyarakat.
• Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
• Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang telah cacat mampu mempertahankan diri.
• Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
Ukuran frekuensi penyakit menunjukkan kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada kelompok manusia atau masyarakat. Artinya bila dikaitkan dengan masalah penyakit menunjukkan banyaknya kelompok masyarakat yang terserang penyakit. Untuk mengetahui frekuensi masalah kesehatan yang terjadi pada sekelompok orang/masyarakat dilakukan langkah-langkah :
a. Menemukan masalah kesehatan, dengan cara mengambil data penderita yang datang ke puskesmas, laporan dari masyarakat yang datang ke puskesmas.
b. Research atau survei kesehatan , misalnya : Survei Kesehatan Rumah Tangga
c. Studi kasus , misalnya : kasus penyakit pasca bencana tsunami.
2.9 PENELITIAN DAN VARIABEL EPIDEMIOLOGI
Secara sederhana, studi epidemiologi dapat dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:
1. Epidemiologi deskriptif, yaitu Cross Sectional Study atau studi potong lintang atau studi prevalensi atau survei.
2. Epidemiologi analitik, terdiri dari :
a. Non eksperimental
 Studi kohort / follow up / incidence / longitudinal / prospektif studi. Kohort diartikan sebagai sekelompok orang. Tujuan studi mencari akibat (penyakitnya).
 Studi kasus kontrol/case control study/studi retrospektif. Tujuannya mencari faktor penyebab penyakit.
 Studi ekologik. Studi ini memakai sumber ekologi sebagai bahan untuk penyelidikan secara empiris faktor resiko atau karakteristik yang berada dalam keadaan konstan di masyarakat. Misalnya, polusi udara akibat sisa pembakaran BBM yang terjadi di kota-kota besar.
b. Eksperimental.
 Clinical Trial
 Community Trial.
VARIABEL EPIDEMIOLOGI
1. Variabel Orang
 Umur
 Jenis Kelamin
 Jenis Peketjaan
 Pengahasilan
 Golongan etik
 Status Perkawinan
2. Variabel Tempat
3. Variabel Waktu
 Jangka Pendek
 Perubahan secara Status
 Perubahan-perubahan angka kesakitan
2.10 PENGUKURAN EPIDEMIOLOGI
Pengukuran epidemiologi penyakit dibagi manjadi 2 yaitu:
1. Insiden
Insiden adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di dalam kelompok masyarakat. Untuk dapat menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu tentang :
 Data tentang jumlah penderita baru.
 Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Rumus yang digunakan:
Jumlah Penderita Baru
Insiden rate = −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−− x K
Jumlah penduduk yg mungkin terkena Penyakit tersebut pada pertengahan tahun
K = Konstanta ( 100%, 1000 ‰) X K

Manfaat Incidence Rate adalah :
– Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
– Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
– Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Attack Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.
Manfaat Attack Rate adalah :
– Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit.
Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan Penularan penyakit tersebut.
Rumus yang digunakan :
Jumlah Penderita Baru dlm Satu Saat
Attack rate =−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−xK
Jumlah Penduduk yg. Mungkin terkena Penyakit Tersebut pd. Saat yg. Sama.
c. Secondary Attack Rate
Jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah terkena penyakit pada serangan pertama. Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi yang kecil ( misalnya dalam Satu Keluarga ).
Rumus yang digunakan :
Jumlah Penderita Baru pd. Serangan Kedua
SAR = −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−xK
(Jml. Penddk – Pendd. Yg. Terkena Serangan Pertama )

2. Prevalen
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau Pendeuduk dengan Resiko (Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa Angka Prevalensi sebenarnya BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Period Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa.
Rumus yang digunakan :
Jumlah penderita lama & baru
Periode Prevalen Rate = −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−xK
Jumlah penduduk pertengahan

b) Point Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Rumus :
Jumlah Penderita lama & baru Saat itu
Point Prevalen Rate = −−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−−xK
Jumlah Penduduk Saat itu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Epidemiologi lahir berdasarkan dua asumsi dasar. Pertama, penyakit pada populasi manusia tidak terjadi dan tersebar begitu saja secara acak. Kedua, penyakit pada manusia sesungguhnya mempunyai faktor penyebab dan faktor preventif yang dapat diidentifikasi melalui penelitian sistematik pada berbagai populasi, tempat, dan waktu. Berdasarkan asumsi tersebut, epidemiologi dapat didefinisikan sebagai ” ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan – determinan frekuensi penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia.
Tujuan akhir riset epidemiologi yaitu mencegah kejadian penyakit, mengurangi dampak penyakit dan meningkatkan status kesehatan manusia. Sasaran epidemiologi adalah populasi manusia, bukan individu. Ciri-ciri ini yang membedakan epidemiologi dari ilmu kedokteran klinik dan ilmu-ilmu biomedik, yang lebih memusatkan perhatiannya kepada individu, jaringan, atau organ.
3.2 Saran
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam mempelajari tentang epidemiologi. Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Syafrudin, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta. Penerbit: Trans Info Media
Wahyuni,puji,dkk.2009. dasar ilmu kesehatan masyarakat dalam kebidanan.jakarta. penerbit: fitramaya
Notoadmojo.seokidjo.2011.kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta. Penerbit: rineko cipto
Ikbal.mubarak. 2012.ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta. Penerbit : salemba medika
http://adtyasetyawan.files.wordpress.com/2009/01/macam-macam-epidemiologi.pdf diakses tanggal 20 Juni 2010.
http://www.docstoc.com/docs/36710914/riwayat-alamiah-penyakit. diakses tanggal 20 juni 2010.

KLASIFIKASI, PERAWATAN DAN PENGOBATAN HIPOTERMI

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengetahuan kita tentang MTBS (Manajemen Terpadu Bayi Sakit) dan MTBM(Manajemen Terpadu Bayi Muda).
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Makalah ini memuat tentang “Manajemen Terpadu Bayi Muda Tentang Klasifikasi, Perawaatan dan pengobatan ” dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap masalah yang berkaitan dengan asuhan pada ibu nifas. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Padang, maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang……………………………………………………………………
1.2. Tujuan……………………………………………………………………………….
1.3. Manfaat……………………………………………………………………………..
BAB II : PEMBAHASAN
I. KONSEP BAYI NORMAL
A. Pengertian…………………………………………………………………………….
B. Ciri-ciri Bayi Normal…………………………………………………………….
C. Ukuran Kepala Bayi Normal………………………………………………….
D. Penilaian pada BBL dapat ditentukn dengan afgar score…………..
II. HYPOTERMI
A. Pengertian…………………………………………………………………………..
B. Mekanisme Kehilangan Panas………………………………………………
C. Bayi Dikatakan Hipotermi……………………………………………………
D. Klasifikasi Hipotermia………………………………………………………..
E. Penanganan…………………………………………………………………………
F. Komplikasi…………………………………………………………………………
G. Diagnosa…………………………………………………………………………….
H. Pengobatan………………………………………………………………………. ..
I. Pencegahan………………………………………………………………………..
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui pintu/jendela yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibat dapat timbul serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermia. Bai kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermi seringkali tidak terdeteksi oleh ibu / keluarga atau penolong persalinan.
Gejala hipotermia terjadi bila suhu tubuh (aksila) bayi turun di bawah 36̊C.
Nilai normal 36,5̊C- 37.5̊C.
Segera keringkan bayi baru lahir dengan kain yang hangat dan kering untuk menghindari hipotermia.

Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil.
Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.
a. Pada bayi baru lahir sehat/ckup bulan, berat > 2.500 gram, lansung menangis kuat,maka memandikan bayi di tunda selama±24 jam setelah kelahiran dgan air hangat.
b. Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum lemah dan bayi dengan berat<2.000 gram, sebaiknya jangan di mandikan, di tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu suhu tubuh bayi stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik.
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu mencegah terjadinya hipotermi pada bayi-bayi muda di hari-hari pertama kehidupannya.
b. Tujuan Khusus
 Menjelaskan definisi tentang Hipotermi
 Menjelaskan hal-hal yang menyebabkan terjadinya Hipotermi
 Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi timbulnya Hipotermi
 Mampu menjelaskan tanda-tanda dan gejala-gejala Hipotermi
1.3 Manfaat
Dapat memberi pengetahauan dan pemahaman tentang segala hal yang berhubungan dengan hipoterni.
BAB II
PEMBAHASAN
I KONSEP BAYI NORMAL
A. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat lahirnya 2500 gram sampai 4000 gram
B. Ciri-ciri Bayi Normal
a. BB 2500-4000 gram
b. PB 48-52 cm
c. Lingkar Dada 30-38 cm
d. Lingkat Kepala 33-35 cm
e.Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180x/menit, kemudian menurun sampai
120-110x/menit
f. Pernapasan pada menit pertama kira-kira 180 x/menit , kemudian menurun
setelah tenang 40x/menit
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub cutan cukup terbentuk dan
diliputi vernics caseosa
h. Rambut kepala biasanya telah sempurna
i. Kuku agak panjang dan melewati jari-jari
j.Genetalia labia mayora sudah menutupi labia minora ( pada bayi perempuan)
testis sudah turun (pada bayi laki-laki )
k. Reflek menghisap dan menelan baik
l. Reflek suara sudah baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan memeluk.
C. Ukuran Kepala Bayi Normal
a. Ukuran muka belakang
1.Diameter sub occipito- bregmatica : 9,5 cm
2. Diameter sub occipito- frontalis : 11 cm
3. Diameter fronto-occipitalis : 12 cm
4. diameter mento occipitalis : 13,5 cm
5. Diameter submento-bregmatica : 9,5 cm
b. Ukuran melintang
1. Diameter biparietalis : 9 cm
2. Diameter bitemporalis : 8 cm
c. Ukuran lingkaran
1. Circumferensia suboccipito bregmatica : 32 cm
2. Circumferensia fronto occipitalis : 34 cm
3. circumferensia menti occipitalis : 35 cm
D. Penelitian Pada BBL Dapat Ditentukan Dengan Apgar Score
TANDA 0 1 2
1. Appearance/ warna kulit
2. Pulse/ bunyi jantung
3. Grimace/ Reflek
4. Activity/ aktivitas
5. Respiratory/ pernapasan Seluruh tubuh biru atau putih

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada Badan merah, tangan dan kaki biru
< 100
Perubahan mimic
Ekstremitas sedikit flexi

Lambat, tidak teratur Seluruh tubuh kemerahan

> 100
Bersin, batuk, menangis kuat

Gerakan aktif, ekstremitas flexi

Menangis keras atau kuat
II. HYPOTERMI
A. Pengertian
Hipotermi merupakan keadaan suhu tubuh rendah dibawah batas normal
yaitu 36,5 ◦C ((Dep.Kes. RI, 1994). bila seluruh tubuh bayi terasa dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang(suhu berkisar 32̊C-36̊C). Disebut hipotermi berat bila suhu tubuh<32̊C. Untuk mengukur suhu hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25̊C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Hipotermi memyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan terjadinya metabolik anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian (Saifudin, 2002).
Hal ini karena hilangnya panas secara cepat dari kulit yang basah. Pada bayi aterm sudah menyimpan lemak dalam jaringan adiposa coklat dan dapat menggunakannya untuk menghasilkan panas. Namun pada bayi preterm mempunyai jumlah lemak coklat yang lebih sedikit sehingga dapat mengalami hipotermi.
B. Mekanisme kehilangan panas
Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat melalui beberapa mekanisme yaitu:
1. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi (Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lainmelaluiKontaklangsung).
Contoh :
-Menimbang bayi tanpa alas timbangan
– Tangan penolong yang dingin memegang BBL
– Menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.
2. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak ( jumlah panas yang hilang tergantung kepada kecepatan dan suhu udara).
Contoh :
– Membiarkan atau menempatkan BBL dekat jendela.
– Membiarkan BBL di ruang yang terpasang kipas angin.
3. Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin ( Pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
Contoh :
– BBL dibiarkan dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (Radiant Warmer).
– BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang
– BBL ditidurkan berdekatan dengan ruang yang dingin, misalnya dekat tembok
4. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (Perpindahan panas dengan cara merubah cairan menjadi uap).
Evaporasi dipengaruhi oleh :
 Jumlah panas yang dipakai
 Tingkat kelembaban udara
 Aliran udara yang melewati

C. Bayi dikatakan hipotermi
Apabila Tanda dan Gejala Hypotermi :
• suhu tubuh < 36.5 C
• Sianosis di daerah perifer tubuh bayi
• Ackral teraba dingin
• Bayi tampak menggigil
• Kemampuan mengisap lemah atau tidak dapat menyusu
• Letargis dan menangis lemah
• Perubahan warna kulit dari pucat menjadi kutis memorata atau plethora
• Takipena dan takikardi
• Tanda Hypotermi lanjut ( letragi, apnea dan bradikardi, hypoglikemi,asidosis metabolik, faktor pembekuan abnormal ( DIC / perdarahan intraventrikel, perdarahan Pulmonum )
D. Klasifikasi Hipotermia
Dalam mengklasifikasikan Hipotermia dibagi menjadi dua bagian yaiatu:
a. Hipotermi sedang
• Suhu badan 32-360C
• Kaki/tangan teraba dingin yang disertai gerakan
• bayi kurang dari normal.
• Aktifitas berkurang,latergis
• Tangisan lemah
• Kulit bewarna tidak rata(cutis malviorata)
• Kemampuan menghisap lama
b. Hipotermi berat
• Suhu badan <320Cdan mengeras (sklerema).
• Bibir dan kuku kebiruan
• Pernapasan lambat
• Pernapasan tidak teratur
• Bunyi jantung lambat
• Seluruh badan teraba dingin disertai salah satu tanda berikut:
 -Mengantuk/letargis, atau
 -Ada bagian badan bayi berwarna merah dan mengeras (sklerema).

E. Penanganan
1. Hipotermi ringan-sedang
• • Pastika bayi dijaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut, dan paki topi untuk kehilangan panas
• dorong ibu untuk menyusui , setelah bayi siap
• Pantau suhu aksiller tiap jam sampai normal
• Bayi dapat diletakkandalam incubator atau dibawah radiant heater
• • Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat
• Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit
• Bila ibu tidak ada :
• Hangatkan kembali bayi dengan menggunakan pemancar panas. Gunakan inkubator dan ruangan hangat
• Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu
• Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering dirubah
• Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum
• Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misal gangguan napas, kejang, tidak sadar) dan segera mencari pertolongan
• Atasi hipoglikemia, bila ada
• Tangani bila ada gangguan napas
• Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik 0,5 derajat celsius/jam berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam
• Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,5 derajat celsius, cari tanda sepsis
• Setelah suhu tubuh normal :
• Lanjutkan perawatan lanjutan
• Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam
– Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak.
2. Hipotermi Berat
• Gunakan alat yang tersedia ( incubator, radian heater, kamar hangat, tempat tidur hangat
• Rujuksegera ke tempat pelayanan kesehatan yang mempunyai NICU
• Jika bayi sianosis ( biru ) atau sukar bernapas ( frekuensi < 30 atau > 60 x/ menit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih ), beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong.

F. Komplikasi
• Hipoglikemia
• Asidosis metabolic
• Kematian

G. DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan hasil pengukuran suhu tubuh.
H. PENGOBATAN
Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat.
I. PENCEGAHAN
Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada dalam keadaan hangat. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cara yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi di telungkupkan di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar tubuh bayi hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian atau disebut sebagai metoda kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar dan berkancing depan.
Prinsip dasar dari metoda kanguru;
Adalah mengganti perawatan BBLR dalam inkubator dengan metoda kanguru. Ibu diidentikan sebagai kanguru yang dapat mendekap bayi nya secara seksama, dengan tujuan mempertahankan suhu bayi secara opimal. Suhu tubuh secara optimal di peroleh adanya kontak langsung antara kulit bayi dengan ibu nya secara kontinue. Ibu berfungsi sebagai host atau indung bagi bayi. Posisi bayi dalam kantung kanguru adalah tegak/vertikal pada siang hari ketika ibu berdiri atau duduk dan tengkurap/miring pada malam hari ketika ibu berbaring/miring.
B. SARAN
a. Bagi pasien
Dibutuhkan ketelatenan dan kehati- hatian karena pasien yang dihadapi adalah bayi yang tidak bisa bicara
b. Bagi petugas
Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dengan meningkatkan peran bidan dalam tugasnya sebagai pelaksana pelayanan pada Asuhan Bayi Baru Lahir dengan factor resiko yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam. (1998). Synopsis Obstetri. EGC. Jakarta
Syswianti, Desy. kuliah online bidan
Indrasantoso, Eriyati, dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). Depkes. Jakarta.
Pelayanan maternal dan Neonatal, 2002
Indonesia. Departemen Kesehatan. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat.Manajemen terpadu balita sakit.Departemen Kesehatan bekerja sama Dengan World Health Organization, 1998. Jakarta : Depkes RI